Pemuja Rahasia_bagian 2
Seseorang yang istimewa bukan selalu yang di depan mata dan bukan juga yang senantiasa disisi, tetapi dia yang setia di hati dan diingat terus dalam setiap bisikan doanya.
(by : anonymus)
Wow, bagus juga kata-katanya. Tapi ini tulisan punya siapa ya, lagian kenapa kok bisa ada di mejaku? Untuk akukah? Tapi siapa orang yang gak punya kerjaan kayak gini.
"Hayo, pagi-pagi ngelamun!!!" teriak Lisa lantang di depanku.
"Apaan seh kamu ini, gak punya sopan banget." protesku padanya.
"Yee.....Mon aku itu udah daritadi tau, nyapa kamu dengan met pagi Monita, tapi kamunya malah bengong tak bergeming, tau gak. Emang apa seh yang kamu pikirin sepagi ini Mon?" tanya Lisa sembari duduk di bangku sebelahku.
"Iya nih, tadi aku nemuin kertas di kolong mejaku. Coba liat deh isinya Lis, bagus banget loh....."
"Coba mana seh, penasaran aku." sambar Lisa mengambil kertas di tanganku yang tak berdaya diambilnya.
"Seseorang yang istimewa bukan selalu yang di depan mata dan bukan juga yang senantiasa disisi, tetapi dia yang setia dihati dan diingat terus dalam setiap bisikan doanya." suara Lisa yang lantang dan cempreng membaca kata-kata yang ada di kertas tak berpenghuni dengan tanpa dosa.
"Gila! siapa nih yang iseng nulis-nulis kayak ginian, pake' ada tulisan by anonymus lagi. Emang kamu punya pemuja rahasia yah Mon di sekolah ini?"
Kugelengkan kepalaku dengan mantap karena emang selama ini gak pernah ada yang nulis-nulis seperti ini untukku. Bukannya aku gak terkenal di kalangan cowok seh. Tapi semua cowok yang tau siapa aku, pastinya gak akan bertahan lama untuk PDKT. Bukannya aku jelek, aku kan udah pernah bilang, aku kaya, pinter dan juga lumayan cantik seh (menurutku). Tapi aku terlalu cuek untuk urusan cowok, lebih tepatnya gak peduli.
"Terus, apa maksudnya tulisan ini diletakkan di kolong meja kamu Mon?"
"Nah itu dia Lis, aku juga gak ngerti apa maksudnya?" tanyaku balik seperti ngomong pada diriku sendiri.
"Ooo....aku tau. Ini mungkin dari salah satu penggemarmu yang gak mau menunjukkan jati dirinya. Owh.....so sweet." putus Lisa kemudian. Ini dia yang gak aku suka dari si Lisa, dia suka seenaknya sendiri mengambil kesimpulan dan keputusan dari suatu keadaan.
"Hush....apaan seh, gak penting banget. Udah deh, mana kertasnya. Lagian, kamu itu udah selesai tah ngerjain PR-nya Bu Indri?" tanyaku padanya untuk mengalihkan pembicaraan tenteng tulisan tadi.
"Ough iya-ya Mon ada PR Bahasa Inggris ya, belum seh. Makanya aku berangkat pagi biar bisa nyalin PR kamu, mana nih PR kamu Mon."
Kuberikan buku PR-ku padanya yang dengan sigap telah disalin sama Lisa. Aku pun tak terlalu menghiraukan tulisan tadi.
************************
"Iya Ma, ada apa?" tanyaku pada Mama yang diseberang sana.
"Mon, maafin Mama sama Papa ya soalnya kita belum bisa pulang dalam minggu-minggu ini. Ada proyek baru disini, gak pa-pa kan sayang?"
Lagi-lagi deh alasan yang sama yang sangat klise bagiku.
"Iya ma, gak pa-pa kok. Lagian Monita kan masih ditemani ma Bik Inah. Mama senang-senang deh disana sama Papa." kataku akhirnya.
"Kalo' gitu, Mama lega dengarnya. Ya udah ya sayang. Eh, kamu udah makan kan?"
Percuma Ma, pertanyaan basa-basi yang gak penting.
"Udah kok Ma. Oya, Ma Monita mau ngerjain PR nih....."
"Owh....gitu ya. Ya udah deh sayang, pinter-pinter ya. Nanti Mama kabari lagi. Okey, Luv you honey." KLIK.
Hebat, tanpa mau mendengarkan dulu apa yang pengin Monita omongin. Langsung saja tanpa ba-bi-bu lagi ditutup telponnya. Kuletakkan gagang telpon yang cuma bisa memberi suara tut....tut....tut.....itu. Aku hanya bisa menghela napas, selalu aja proyek yang dipentingin. Lalu aku ini gak penting apa buat Mama sama Papa.
Kulangkahkan kakiku menuju kamar dan kukeluarkan semua uneg-unegku. Kutumpahkan semuanya tanpa ada yang tau. Hiks....dimana Mama sama Papa disaat aku kesepian seperti ini. Kuambil HP-ku dan kupencet nomernya Lisa, terdengar Nada Sambung milik Antique yang berjudul Satu Bintang.
"Iya Mon. Halo, ada apa?" jawab Lisa yang sepertinya baru bangun tidur. Gila nih anak, gak formalitas banget seh. Halo-nya di tengah-tengah, dasar Lisa.
"Lis, lagi ngapain? Hang out yuk, ke mall kek atau kemana gitu?!"
"Aku barusan bangun tidur nih, emang mau kemana seh? Lagian kemaren kan aku udah belanja. Jadi sekarang bukan jadwalku untuk belanja kan Mon."
"Yee.....aku yang pengin keluar Lis, jadi kamu cuma temani aku gitu."
"Owh.....gitu ya?! Ya udah deh, aku mau mendi dulu ya, nanti aku jemput kamu ke rumah deh. Kamu tunggu yach....." akhirnya Lisa mau juga.
"Okey deh....siip lah pokoknya. Aku tunggu yah, cepetan mandinya. Jangan pake' luluran loh, nanti kelamaan."
"Iya-iya.....cerewet!" KLIK.
Lisa emang sahabat yang baek banget deh. Pokoknya hari ini aku gak mau peduli dengan urusan yang menyangkut sama Mama-Papa, aku mau senang-senang dan belanja sepuasnya. Bukan salahku kan kalo' kayak gini, lagian Mama sama Papa kan cari uang buat aku dan bukan salahku juga jika aku menghabiskan uang Mama sama Papa. Bukankah itu artinya kerja keras mereka ada gunanya.
Saat kuambil dompet didalam tas, kutemukan secarik kertas yang tadi pagi belum sempat kulihat karena terburu-buru ada Pak Lucius yang memasuki kelas. Kuambil kertas itu dan kubaca isinya.
Cinta yang tulus gak akan pernah datang
jika kita terus mencari orang yang sempurna.
Tapi cinta itu 'kan datang dengan sendirinya
bila kita bisa menerima ketidaksempurnaan itu
dalam hati yang ikhlas.
by : Anonymus
Indah banget seh kata-katanya. Jadi penasaran nih, siapa ya kira-kira yang nulis kata-kata seperti ini. Aku pun mulai menebak-nebak, tapi akhirnya aku nyerah. Gak mungkin ada cowok normal yang mau buang-buang waktu buat nulis seperti ini.
Aku jadi ingat Leksi, tadi dia dimarahi Bu Ira karena dia sibuk sendiri nulis-nulis sesuatu gitu dan gak merhatiin pelajarannya Bu Ira. Sampe' akhirnya, dia dihukum untuk berdiri diluar kelas sampe' pelajaran selesai.
Leksi.....leksi.....ada-ada aja kelakuannya, tapi apa seh yang dia tulis? Lagian apa mungkin dia ya, terbersit pikiran kalo' Leksi itu nulis untukku. HAH! Ya ampun, gak mungkinlah. Monita, apa-apaan seh kamu! Mikir kok gak penting banget.
"Neng Monita, mbak Lisa udah datang nih....." teriak Bik Inah di depan pintu kamarku.
"Oh....iya bik, aku akan turun kok." Pfiuh, akhirnya aku bisa merilekskan pikiranku. Kuambil tasku dan pergi bersama Lisa menuju mall yang terkenal di daerah Surabaya.
*************************
BRUAK.....
"Ach....maaf-maaf, gak sengaja." tanpa sengaja kutabrak sesosok manusia Adam di kantin sekolah yang penuh sesak ini.
"Gile loe yach! Cari gara-gara aja, punya mata gak seh." Dieng, kayaknya aku kenal suara ini deh. Aku yang tadinya menundukkan kepala karena malu, akhirnya dengan terpaksa kulihat wajah si pemilik suara. Ternyata emang benar, satu-satunya pemilik suara yang ngebass ini adalah si Leksi cowok angkuh bin sombong bin galak bin belagu dan bin-bin yang lainnya.
"Hey, kamu tuh yang gak punya mata. Gak liat apa, di tempat yang seramai ini ya pastinya sulitlah untuk berjalan. Jadi lumrah dong kalo' nabrak." belaku akhirnya sambil lantang ngomong ke dia dan semua orang yang ada di kantin hanya bisa melongo dan melihat kejadian ini.
"Tapi yang membuat gak lumrah itu kamu yang nabrak aku. Kenapa mesti aku, kenapa gak cari cowok laen aja yang bisa kamu tabrak seenaknya. Owh.....aku tau, kamu suka kan sama aku? Jadinya kamu nabrak aku untuk nunjukin rasa sukamu padaku. Gitu khan?!"
"WHAT!!! Siapa kamu, ngaca dong! Ngomong kok gak jelas. Suka? Sama kamu? Yang ada kamu yang suka sama aku. Lagian ya, nabrak itu gak bisa pilih-pilih orang tauk. Jadi orang jangan bego-bego amat dong. Suka ama kamu?! Walopun cowok di dunia tinggal kamu loh, aku gak bakalan suka sama kamu. Ngerti!!! Dasar cowok belagu, sombong, angkuh, norak, gak jelas!" makiku padanya yang gak bakalan bisa berhenti kalo' gak ditarik sama Lisa.
"Apaan seh Lis?!" protesku padanya karena gak bisa dengan leluasa memaki-maki orang.
"Udah-udah gak usah diladeni napa?! Bisa tambah panjang nanti ceritanya, udah deh balik ke kelas aja yuuk...."
Tanpa menunggu jawabanku lagi, Lisa menarik tanganku yang gak rela diikuti tubuhku. Tapi akhirnya, kakiku pun menuruti tarikan Lisa pada tanganku dengan sangat terpaksa.
"Ngapain seh Mon, cowok kayak gitu kamu ladeni. Kayak kurang kerjaan aja." ceramah Lisa yang berjalan di depanku sambil ngomel-ngomel yang gak jelas.
Aku udah gak mau berkomentar lagi tentang si cowok belagu itu. Dia adalah satu-satunya cowok rezek yang pernah kukenal. Gara-gara dia aku jadi gak mood lagi untuk nyelesaiin hari ini, padahal kemaren aku udah bersenang-senang untuk melupakan masalahku tentang Mama sama Papa dan baru tadi pagi aku merasa hari ini hari yang indah karena aku mendapat kata-kata yang indah lagi di kolong mejaku. Kata-kata yang membuatku melupakan semuanya dan menganggap masalahku selesai sudah. aku masih ingat kata-katanya.
Jadikan cinta sebagai kembang api meski singkat
tapi semua akan mengagumi keindahannya dan
jadikan cinta sebagai lilin yang rela hancur
demi menerangi orang yang kita cinta.
Indah bukan? Tapi ternyata, semua itu mental sudah gara-gara si cowok belagu yang angkuh, sok, norak, nyebelin, sombong, galak itu moodku berubah. Sebel banget aku sama dia, emang dia siapa? Anaknya presiden, pejabat, jenderal, pake' sombong segala.
Dikiranya dia cakep apa bersikap sombong, norak, galak, angkuh kayak gitu. Iiih.....amit-amit dech, jangan sampe' aku suka sama dia.
"Ngerti kan Mon kamu, apa yang aku maksud barusan?" suara Lisa terdengar lagi.
"HAH!? Kamu tanya sama aku Lis?" tanyaku gak ngerti.
"Jadi, daritadi aku ngomong ngalor-ngidul, panjang-lebar, kamu gak dengerin. Ya ampun Mon, capek ngomong sama kamu tau gak!" sambil ngeloyor Lisa masuk ke kelas dan duduk di bangkunya. Aku hanya bisa mengikuti dari belakang tanpa berkata apapun. Dan akhirnya, kita hanya diam di bangku masing-masing sampe' bel tanda masuk berbunyi.
bersambung