Judul : Dear Nathan
Penulis : Erisca Febriani
Penerbit : Best Media
Tahun Terbit : 2016
Harga : Rp. 99.000
Bintang : ★★★★☆
"Berawal dari keterlambatan mengikuti upacara pertama di sekolah baru, Salma Avira bertemu dengan seorang cowok yang membantunya menyelusup lewat gerbang samping. Selidik punya selidik, cowok itu ternyata bernama Nathan, murid nakal yang sering jadi bahan gosip anak satu sekolah.
Beberapa rangkaian kejadian pun terjadi, yang justru mengantarkan Salma untuk menjadi kian lebih dekat dengan Nathan. Dua kepribadian yang saling bertolak belakang, seperti langit dan bumi, yang tidak bisa bersatu tapi saling melengkapi.
Novel ini mengisahkan tentang masa indah putih abu-abu, persahabatan, pelajaran kehidupan, dan pentingnya untuk selalu menghargai perasaan."
Awalnya saya tidak tahu sama novel ini, ada seorang tetangga yang saat itu meminjam buku bertanya "Sudah baca dear nathan mbak?" Saya menjawab dengan gelengan kepala karena emang baru dengar judul itu. Katanya sih itu novel awalnya di Wattpad (aplikasi smartphone untuk membaca cerita), karena penasaran sampai saya bela-belain mengunduh Wattpad. Beberapa hari kemudian adik saya bilang kalau punya novel Dear Nathan, sontak saya bilang pinjam. 😄 Gak bermodal banget ya.
Review kali ini adalah untuk review buku ke-4, buku yang bikin saya baper parah. Bahkan saya sempat berhenti meneruskan membaca buku ini selama satu bulan disebabkan kata-katanya yang maniiiss yang sukses bikin saya baper. Bukunya tebal, ada 528 halaman. Tapi saya gak bosan bacanya, ceritanya mengalir, tanpa kerasa dipaksa. Karakternya kuat, itu yang bikin saya malam pertama membaca sudah menghabiskan 262 halaman. Sebenarnya kalau dihitung saya hanya menghabiskan membaca buku ini selama 3 malam, hanya saja saya berhenti di tengah-tengah selama satu bulan.
Di dalam buku ini, lengkap ada banyak kata-kata yang biasanya hanya kamu temukan di Pelajaran Bahasa Indonesia, tapi tidak terkesan berat. Ada banyak juga kata kiasan yang kadang malah jatuhnya membingungkan, saya saja bacanya sampai ngulang, tapi kata-katanya bagus dibuat quotes. 😁
"Kamu itu ilusi. Ilusi yang membelenggu. Atau justru ilusi yang diciptain oleh hati saya sendiri?" (Hal. 214)
"Ada teriakan menggila dalam hati, mengais dindingnya dengan sadis." (Hal. 232)
"Hanya bisa bungkam, tak bisa melepas belenggu, membiarkan luka terus-terusan menari dalam dada. Ada sakit yang menjalar. Letih yang menyebar. Lelah yang perlahan-lahan mengakar. Tidak ada yang tahu, dirinya sekarat. Berusaha mencari titik temu dari jarak kaki rindu dengan kecemasan dan kehilangan yang bergelayut nyaman di pikiran." (Hal. 418)
Sebenarnya dalam buku ini hampir isinya lebih banyak percakapannya, tapi di dalam percakapan itu seru sehingga membaca seperti melihat adegan-adegannya secara langsung karena memang hampir semua adegan dalam buku ini seperti adegan-adegan dalam film. Berasa deja vu pas baca, dan memang ternyata buku ini akan difilmkan, tapi entah ya.... saya tidak berharap banyak pada filmnya, apalagi mengingat saya yang pencinta kata-kata. Pas baca awalnya saya menduga ceritanya seperti Dilan, karena Nathan dalam buku ini hampir mirip dengan Dilan, kenakalannya dan kharismanya. Sedangkan Salma adalah siswi baru, hanya saja settingnya di Jakarta, sedang Dilan settingnya di Bandung. Tapi setelah saya baca-baca komen Dear Nathan ternyata banyak yang mirip dengan Jingga Dan Senja, sayangnya saya belum membaca yang Jingga Dan Senja itu.
Membaca buku ini membuat saya baper, apalagi pas sudah di adegan dimana Salma dan Nathan berpacaran, Nathan yang peka sekali (idaman para wanita) membuat saya senyum-senyum sendiri. Kata-kata Nathan yang maniiiiisss sekali, meski Salma orangnya keras dan terkesan pendiam, Nathan tetap memberi kata-kata manis ke Salma sehingga membuat Salma nekat menulis surat untuk Nathan yang mengatakan bahwa dia juga mencintai Nathan. Disini saya tersenyuummmm lebar, ah Salma.... ah Nathan, ah masa-masa SMA itu, membuat saya rindur.
Semua tutur katanya renyah, khas anak SMA, apalagi tutur kata Nathan pas ngejahilin Afifah (teman sekelas) bikin saya sebagai pembaca tertawa terbahak-bahak, khas kenakalan anak SMA. Yang paling aku suka itu adegan saat Nathan dipukul dari belakang dengan tangan ibu gurunya. Nathan malah bilang "Ibu tuh doyan banget nyentuh-nyentuh saya. Kita tuh bukan mukhrim-" (Hal. 353) 😂 Guru aja sampai digituin.
Meski terkesan kaku, apalagi pas Nathan mengajak bicara Salma dengan menggunakan kata saya-kamu, tapi tertutupi dengan karakter-karakter mereka yang kuat. Untuk ceritanya sendiri, klise. Nathan sebenarnya punya saudara kembar yang meninggal karena dikeroyok (disebabkan kenakalan Nathan dan mengeroyok mengira saudara kembar Nathan adalah Nathan), membuat mama Nathan sedih hingga terus mengira Nathan adalah Daniel (saudara kembar Nathan). Keluarga Nathan berantakan, Nathan menjadi anak nakal, tawuran, merokok, hingga dianggap biang kerok di sekolah. Nathan bertemu Salma, dari awal dia sudah jatuh cinta sama Salma. Dari sini semua konflik mulai teratasi, mulai dari masa lalu Nathan hingga keluarga mereka kembali berbaikan, sampai akhirnya happy ending.
"Seiring perkembangan umur seseorang. Bakal ada tiga hal yang berubah : teman-teman di sekelilingnya, buku yang dibaca, dan perkataannya." (Hal. 474)
"Tugas saya hanya sebatas mencintai, bukan memaksa agar dicintai. Saya percaya tiap hati pasti ada pemiliknya masing-masing. Dan seandainya pemilik hati kamu adalah saya, ke mana pun kamu pergi, hati itu pasti akan balik ke pemilik sejati dan Tuhan punya beribu satu cara untuk mendekatkan kita lagi. Tapi kalau bukan milik saya? Tuhan juga punya banyak cara untuk nemuin kamu dengan yang lain..." (Hal. 486-487)
"Jatuh cinta membuat seseorang lebih menghargai tiap-tiap hati yang mencintai..." (Hal. 500)
"Sedihnya sejati bukan karena kehilangan. Tapi karena menyadari apa yang dulu selalu menemani hari, kini sudah pergi dan tidak ada di sini lagi. Dia pergi, tapi jiwanya tidak pernah mati. (Hal. 377)
Menurut saya, meski setting tempatnya standart seperti setting sinetron di Rumah Sakit, PKL, sekolah, dan yang lainnya tapi saya suka dengan novel "Dear Nathan" ini, dan saya tidak mau merusak penilaian saya terhadap buku ini dengan menonton filmnya nanti. Tidak, saya tidak mau berekspektasi tinggi terhadap filmnya dan saya tidak mau lagi kecewa seperti yang sudah-sudah. Menurut saya, novel ini bagus karena didukung karakternya yang kuat. Empat bintang. Cucok kalau memang menjadi Mega Best Seller.
Mnarik sepertinya :-)
ReplyDeletefoto bumi datar | Investasi Pemula