30 Oct 2008

cerbung_Kekasih Sejati_bag 2_Pemuja Rahasia

2

Pemuja Rahasia_bagian 2



Seseorang yang istimewa bukan selalu yang di depan mata dan bukan juga yang senantiasa disisi, tetapi dia yang setia di hati dan diingat terus dalam setiap bisikan doanya.
(by : anonymus)



Wow, bagus juga kata-katanya. Tapi ini tulisan punya siapa ya, lagian kenapa kok bisa ada di mejaku? Untuk akukah? Tapi siapa orang yang gak punya kerjaan kayak gini.

"Hayo, pagi-pagi ngelamun!!!" teriak Lisa lantang di depanku.

"Apaan seh kamu ini, gak punya sopan banget." protesku padanya.

"Yee.....Mon aku itu udah daritadi tau, nyapa kamu dengan met pagi Monita, tapi kamunya malah bengong tak bergeming, tau gak. Emang apa seh yang kamu pikirin sepagi ini Mon?" tanya Lisa sembari duduk di bangku sebelahku.

"Iya nih, tadi aku nemuin kertas di kolong mejaku. Coba liat deh isinya Lis, bagus banget loh....."

"Coba mana seh, penasaran aku." sambar Lisa mengambil kertas di tanganku yang tak berdaya diambilnya.

"Seseorang yang istimewa bukan selalu yang di depan mata dan bukan juga yang senantiasa disisi, tetapi dia yang setia dihati dan diingat terus dalam setiap bisikan doanya." suara Lisa yang lantang dan cempreng membaca kata-kata yang ada di kertas tak berpenghuni dengan tanpa dosa.

"Gila! siapa nih yang iseng nulis-nulis kayak ginian, pake' ada tulisan by anonymus lagi. Emang kamu punya pemuja rahasia yah Mon di sekolah ini?"

Kugelengkan kepalaku dengan mantap karena emang selama ini gak pernah ada yang nulis-nulis seperti ini untukku. Bukannya aku gak terkenal di kalangan cowok seh. Tapi semua cowok yang tau siapa aku, pastinya gak akan bertahan lama untuk PDKT. Bukannya aku jelek, aku kan udah pernah bilang, aku kaya, pinter dan juga lumayan cantik seh (menurutku). Tapi aku terlalu cuek untuk urusan cowok, lebih tepatnya gak peduli.

"Terus, apa maksudnya tulisan ini diletakkan di kolong meja kamu Mon?"

"Nah itu dia Lis, aku juga gak ngerti apa maksudnya?" tanyaku balik seperti ngomong pada diriku sendiri.

"Ooo....aku tau. Ini mungkin dari salah satu penggemarmu yang gak mau menunjukkan jati dirinya. Owh.....so sweet." putus Lisa kemudian. Ini dia yang gak aku suka dari si Lisa, dia suka seenaknya sendiri mengambil kesimpulan dan keputusan dari suatu keadaan.

"Hush....apaan seh, gak penting banget. Udah deh, mana kertasnya. Lagian, kamu itu udah selesai tah ngerjain PR-nya Bu Indri?" tanyaku padanya untuk mengalihkan pembicaraan tenteng tulisan tadi.

"Ough iya-ya Mon ada PR Bahasa Inggris ya, belum seh. Makanya aku berangkat pagi biar bisa nyalin PR kamu, mana nih PR kamu Mon."

Kuberikan buku PR-ku padanya yang dengan sigap telah disalin sama Lisa. Aku pun tak terlalu menghiraukan tulisan tadi.

************************

"Iya Ma, ada apa?" tanyaku pada Mama yang diseberang sana.

"Mon, maafin Mama sama Papa ya soalnya kita belum bisa pulang dalam minggu-minggu ini. Ada proyek baru disini, gak pa-pa kan sayang?"

Lagi-lagi deh alasan yang sama yang sangat klise bagiku.

"Iya ma, gak pa-pa kok. Lagian Monita kan masih ditemani ma Bik Inah. Mama senang-senang deh disana sama Papa." kataku akhirnya.

"Kalo' gitu, Mama lega dengarnya. Ya udah ya sayang. Eh, kamu udah makan kan?"

Percuma Ma, pertanyaan basa-basi yang gak penting.

"Udah kok Ma. Oya, Ma Monita mau ngerjain PR nih....."

"Owh....gitu ya. Ya udah deh sayang, pinter-pinter ya. Nanti Mama kabari lagi. Okey, Luv you honey." KLIK.

Hebat, tanpa mau mendengarkan dulu apa yang pengin Monita omongin. Langsung saja tanpa ba-bi-bu lagi ditutup telponnya. Kuletakkan gagang telpon yang cuma bisa memberi suara tut....tut....tut.....itu. Aku hanya bisa menghela napas, selalu aja proyek yang dipentingin. Lalu aku ini gak penting apa buat Mama sama Papa.

Kulangkahkan kakiku menuju kamar dan kukeluarkan semua uneg-unegku. Kutumpahkan semuanya tanpa ada yang tau. Hiks....dimana Mama sama Papa disaat aku kesepian seperti ini. Kuambil HP-ku dan kupencet nomernya Lisa, terdengar Nada Sambung milik Antique yang berjudul Satu Bintang.

"Iya Mon. Halo, ada apa?" jawab Lisa yang sepertinya baru bangun tidur. Gila nih anak, gak formalitas banget seh. Halo-nya di tengah-tengah, dasar Lisa.

"Lis, lagi ngapain? Hang out yuk, ke mall kek atau kemana gitu?!"

"Aku barusan bangun tidur nih, emang mau kemana seh? Lagian kemaren kan aku udah belanja. Jadi sekarang bukan jadwalku untuk belanja kan Mon."

"Yee.....aku yang pengin keluar Lis, jadi kamu cuma temani aku gitu."

"Owh.....gitu ya?! Ya udah deh, aku mau mendi dulu ya, nanti aku jemput kamu ke rumah deh. Kamu tunggu yach....." akhirnya Lisa mau juga.

"Okey deh....siip lah pokoknya. Aku tunggu yah, cepetan mandinya. Jangan pake' luluran loh, nanti kelamaan."

"Iya-iya.....cerewet!" KLIK.

Lisa emang sahabat yang baek banget deh. Pokoknya hari ini aku gak mau peduli dengan urusan yang menyangkut sama Mama-Papa, aku mau senang-senang dan belanja sepuasnya. Bukan salahku kan kalo' kayak gini, lagian Mama sama Papa kan cari uang buat aku dan bukan salahku juga jika aku menghabiskan uang Mama sama Papa. Bukankah itu artinya kerja keras mereka ada gunanya.

Saat kuambil dompet didalam tas, kutemukan secarik kertas yang tadi pagi belum sempat kulihat karena terburu-buru ada Pak Lucius yang memasuki kelas. Kuambil kertas itu dan kubaca isinya.

Cinta yang tulus gak akan pernah datang
jika kita terus mencari orang yang sempurna.
Tapi cinta itu 'kan datang dengan sendirinya
bila kita bisa menerima ketidaksempurnaan itu
dalam hati yang ikhlas.
by : Anonymus

Indah banget seh kata-katanya. Jadi penasaran nih, siapa ya kira-kira yang nulis kata-kata seperti ini. Aku pun mulai menebak-nebak, tapi akhirnya aku nyerah. Gak mungkin ada cowok normal yang mau buang-buang waktu buat nulis seperti ini.

Aku jadi ingat Leksi, tadi dia dimarahi Bu Ira karena dia sibuk sendiri nulis-nulis sesuatu gitu dan gak merhatiin pelajarannya Bu Ira. Sampe' akhirnya, dia dihukum untuk berdiri diluar kelas sampe' pelajaran selesai.

Leksi.....leksi.....ada-ada aja kelakuannya, tapi apa seh yang dia tulis? Lagian apa mungkin dia ya, terbersit pikiran kalo' Leksi itu nulis untukku. HAH! Ya ampun, gak mungkinlah. Monita, apa-apaan seh kamu! Mikir kok gak penting banget.

"Neng Monita, mbak Lisa udah datang nih....." teriak Bik Inah di depan pintu kamarku.

"Oh....iya bik, aku akan turun kok." Pfiuh, akhirnya aku bisa merilekskan pikiranku. Kuambil tasku dan pergi bersama Lisa menuju mall yang terkenal di daerah Surabaya.

*************************

BRUAK.....

"Ach....maaf-maaf, gak sengaja." tanpa sengaja kutabrak sesosok manusia Adam di kantin sekolah yang penuh sesak ini.

"Gile loe yach! Cari gara-gara aja, punya mata gak seh." Dieng, kayaknya aku kenal suara ini deh. Aku yang tadinya menundukkan kepala karena malu, akhirnya dengan terpaksa kulihat wajah si pemilik suara. Ternyata emang benar, satu-satunya pemilik suara yang ngebass ini adalah si Leksi cowok angkuh bin sombong bin galak bin belagu dan bin-bin yang lainnya.

"Hey, kamu tuh yang gak punya mata. Gak liat apa, di tempat yang seramai ini ya pastinya sulitlah untuk berjalan. Jadi lumrah dong kalo' nabrak." belaku akhirnya sambil lantang ngomong ke dia dan semua orang yang ada di kantin hanya bisa melongo dan melihat kejadian ini.

"Tapi yang membuat gak lumrah itu kamu yang nabrak aku. Kenapa mesti aku, kenapa gak cari cowok laen aja yang bisa kamu tabrak seenaknya. Owh.....aku tau, kamu suka kan sama aku? Jadinya kamu nabrak aku untuk nunjukin rasa sukamu padaku. Gitu khan?!"

"WHAT!!! Siapa kamu, ngaca dong! Ngomong kok gak jelas. Suka? Sama kamu? Yang ada kamu yang suka sama aku. Lagian ya, nabrak itu gak bisa pilih-pilih orang tauk. Jadi orang jangan bego-bego amat dong. Suka ama kamu?! Walopun cowok di dunia tinggal kamu loh, aku gak bakalan suka sama kamu. Ngerti!!! Dasar cowok belagu, sombong, angkuh, norak, gak jelas!" makiku padanya yang gak bakalan bisa berhenti kalo' gak ditarik sama Lisa.

"Apaan seh Lis?!" protesku padanya karena gak bisa dengan leluasa memaki-maki orang.

"Udah-udah gak usah diladeni napa?! Bisa tambah panjang nanti ceritanya, udah deh balik ke kelas aja yuuk...."

Tanpa menunggu jawabanku lagi, Lisa menarik tanganku yang gak rela diikuti tubuhku. Tapi akhirnya, kakiku pun menuruti tarikan Lisa pada tanganku dengan sangat terpaksa.

"Ngapain seh Mon, cowok kayak gitu kamu ladeni. Kayak kurang kerjaan aja." ceramah Lisa yang berjalan di depanku sambil ngomel-ngomel yang gak jelas.

Aku udah gak mau berkomentar lagi tentang si cowok belagu itu. Dia adalah satu-satunya cowok rezek yang pernah kukenal. Gara-gara dia aku jadi gak mood lagi untuk nyelesaiin hari ini, padahal kemaren aku udah bersenang-senang untuk melupakan masalahku tentang Mama sama Papa dan baru tadi pagi aku merasa hari ini hari yang indah karena aku mendapat kata-kata yang indah lagi di kolong mejaku. Kata-kata yang membuatku melupakan semuanya dan menganggap masalahku selesai sudah. aku masih ingat kata-katanya.

Jadikan cinta sebagai kembang api meski singkat
tapi semua akan mengagumi keindahannya dan
jadikan cinta sebagai lilin yang rela hancur
demi menerangi orang yang kita cinta.

Indah bukan? Tapi ternyata, semua itu mental sudah gara-gara si cowok belagu yang angkuh, sok, norak, nyebelin, sombong, galak itu moodku berubah. Sebel banget aku sama dia, emang dia siapa? Anaknya presiden, pejabat, jenderal, pake' sombong segala.

Dikiranya dia cakep apa bersikap sombong, norak, galak, angkuh kayak gitu. Iiih.....amit-amit dech, jangan sampe' aku suka sama dia.

"Ngerti kan Mon kamu, apa yang aku maksud barusan?" suara Lisa terdengar lagi.

"HAH!? Kamu tanya sama aku Lis?" tanyaku gak ngerti.

"Jadi, daritadi aku ngomong ngalor-ngidul, panjang-lebar, kamu gak dengerin. Ya ampun Mon, capek ngomong sama kamu tau gak!" sambil ngeloyor Lisa masuk ke kelas dan duduk di bangkunya. Aku hanya bisa mengikuti dari belakang tanpa berkata apapun. Dan akhirnya, kita hanya diam di bangku masing-masing sampe' bel tanda masuk berbunyi.

bersambung

25 Oct 2008

cerbung_Kekasih Sejati_bag 1_Prolog

2

Prolog _bagian 1

Mungkinkah ada secuil kebahagiaan ketika kehampaan setia kucacah di ujung luka yang belum mengering. Hampa mengendus nelangsa dan selalu berakhir dalam genangan kecewa yang memuja sia-sia. Mengalis pilunya hati tanpa tahu kemana mesti mencari obatnya. Tergopoh dibilas sedu sedan tangis yang ingin segera kubasuh dengan senyum merona. Melibat pahit yang kau tinggalkan, menelaah hati baru yang mungkin datang menjelang. Siapa tahu, di suatu masa, kutemukan setitik cinta bersemi tanpa tanda tanya.
(diadaptasi dari buku Lovaholics)



 “SMA NEGERI SURABAYA”
 Terlihat jelas di depan sebuah bangunan, nama satu sekolah. Sekolah Negeri terkemuka di Surabaya, tempatku dulu belajar menggali ilmu saat SMA. Dimana aku membuat kenangan indah disini. Kata orang, masa SMA adalah masa paling indah. Dan ternyata, itu bukanlah isapan jempol, aku telah merasakannya sendiri, masa-masa SMA masa-masa yang penuh dengan kenangan indah.

 Dan kini semua itu hanyalah kenangan masa lalu yang gak pernah terlupakan. Kuinjakkan kakiku memasuki gedung sekolah itu. Lima tahun yang lalu aku menginjakkan kakiku dengan memakai seragam sekolah putih abu-abu sebagai seorang siswi SMA, tapi kini kuinjakkan kakiku sebagai seorang wanita.

 Kulangkahkan kakiku ke koridor sekolah ini, semuanya tetap sama seperti dulu, seperti saat aku baru memasuki sekolah ini.

 Aku teringat akan kenangan di sekolah ini yang gak pernah bisa kulupakan. Kenangan yang telah membawaku pergi jauh ke Negeri Tetangga.

 Saat itu, hari pertamaku masuk ke kelas dua. Sebenarnya males sekali untuk berangkat, secara hari pertama biasanya gak pernah ada yang seru kejadiannya, tapi dengan terpaksa aku pun berangkat ke sekolah.

 Sampai di sekolah, bel udah berbunyi. Dengan tergesa-gesa aku berlari ke koridor untuk masuk ke kelas. Tanpa disengaja, BRUK.....aku menabrak seseorang.

"Aduh....." jeritku

"Sorry-sorry…..kamu gak kenapa-kenapa kan?"

"Gak pa-pa kok, thanks." tanpa kupedulikan dia, aku langsung bangkit dan lari lagi supaya gak telat masuk kelas. Untung aja kelasku masih tetap sama kayak dulu, teman-temannya pun sama, jadinya gak perlu beradaptasi deh.

"Tumben Mon, kok mepet jamnya?" tanya Lisa teman sebangkuku.

"Oya nih, gak mood untuk masuk." jawabku sambil meletakkan tas di bangku sebelah Lisa.

"Duh…..yang kekurangan jatah libur nih."

"Hehehe…..bisa aja kamu."

"Ehem…ehem…." suara yang tak asing bagiku telah menyapa kami. Bu Ira, wali kelas kami sekaligus guru Bahasa Indonesia telah memasuki ruang kelas menuju singgasananya. Tapi tunggu dulu, ada yang beda hari ini. Bu Ira ditemani dengan seorang murid cowok yang sepertinya pernah kulihat.

"Anak-anak, hari ini kalian memiliki teman baru namanya Leksi, pindahan dari Jakarta. Baik-baiklah sama dia ya?"

"Iya Bu…." koar murid-murid.

"Leksi, silahkan kamu duduk di bangku sebelah situ." Bu Ira sambil menunjuk ke bangku sebelah kiriku yang memang kosong.

Heran, kenapa sepertinya aku pernah melihatnya, tapi dimana yach???

********************

"Eh Mon, kamu lihat anak baru tadi gak?" tanya Lisa disela-sela milih baju. Setelah pulang sekolah tadi, aku sama Lisa langsung pergi ke mall. Sebenarnya seh aku cuma ngantar Lisa buat belanja baju-baju.

 “Ehm, emang kenapa?" tanyaku balik tanpa peduli.

 "Menurut kamu, cakep gak seh?"

 "Wow….pertanyaanmu langsung menjurus nih. Gak tau ya Lis, I don’t care."

 "Mon, jangan gitu Napa! Sekali-kali dong kamu pentingin urusan cowok. Eh Mon, kaos ini cocok gak buat aku?" tanya Lisa sambil memamerkan kaos warna pink yang menurutku terlalu mencolok buat Lisa yang warna kulitnya sawo matang.

 "Emmm, mending jangan itu Lis. Ini aja deh, bagus kan? warnanya ijo. Kamu tampak lebih manis, warna ijo warna rocker juga loh. Hehehe…."

 "Kamu itu, pilihannya selalu warna ijo. Bajuku yang ijo itu udah banyak sayang….tapi gak pa-pa deh, kelihatan bagus juga. Sayang kalo’ disia-siakan."

 "Huuu….bilang aja kalo’ mau."

 "Hehehe…."

*********************

 "Met pagi.....Monita." sapaan yang sudah sangat kukenal keluar dari mulut Lisa. Asal tau aja Lisa ini temanku sejak kecil, secara aku adalah anak tunggal dan Lisalah satu-satunya teman yang akrab dengan keluargaku. Jadi, aku sangat mengenal semua gerak-gerik Lisa seperti pagi ini.

 "Manis sekali sapaanmu Lis, met pagi juga. Ada apa nih, apa tidak ada yang saya bantu??"

 "iih....kok gitu seh Mon, aku itu tulus banget lagi nyapa kamu."

 "Ooo....tulus toh, kirain ada apa?"

 "He...he...he....emang aku kelihatan banget kalo' ada apa-apanya gitu?" tanya Lisa lagi.

 "Banget deh...."

 "Ooo....gitu tah, kalo' gitu gak perlu basa-basi deh. Mon, pinjam PR Biologinya dong, abisnya aku belum ngerjain." pinta Lisa padaku.

 Aku hanya bisa tersenyum melihat gelagat temanku Lisa.

 "Kok senyum seh, mana Pe-eR nya??" kata Lisa sambil cemberut.

 "Tuch kan, makanya kalo' malam itu jangan sms-an doang. Nih PR-nya, dijamin 100% benar semua."

 "Yee....kalo' gak ikhlas gak usah deh, aku sms-an kan hak aku."

 "Duh....gitu aja ngambek. Butuh gak nih sama bukunya?" tawarku pada Lisa.

 "Iya deh, mana." sambil senyum Lisa membuka buku dan menyalin semua tulisan yang ada di bukuku ke bukunya. Ingat : semuanya disalin.

 'Hebat juga nih anak, semalem ngapain aja sampe' gak ngerjain PR Biologi yang soalnya sampe' 20 butir itu' pikirku. Tapi ya bukan Lisa namanya kalo' dia ngerjain PR. Beda dengan aku yang gak pernah gak ngerjain PR, emang seh aku dan Lisa berbeda dalam hal kepintaran. Bukannya sombong seh, tapi aku masih diatas Lisa dalam hal segalanya.

 Bel masuk telah berbunyi, semua anak-anak ramai-ramai memasuki kelas, termasuk Leksi anak baru itu. Benar juga kata Lisa, ternyata Leksi itu cakep juga kalo' diliatin tapi secakep-cakepnya dia, i don't care.

*********************

 "Aku pulang....!" teriakku saat memasuki pintu rumah. Bik Inah, pembokat setiaku udah siap di markasnya, mana lagi kalo' gak di dapur. Jangan tanya Mama-Papaku yach, mereka sibuk sekali. Biasalah seorang pebisnis, jarang banget di rumah. Temanku satu-satunya di rumah ya Bik Inah.

 "Masak apa nih bik? Harum bener." tanyaku sambil ngeloyor pergi ke dapur mengambil piring buat makan.

 "Aduh neng, ganti dulu gih. Cuci-cuci kaki dulu gitu, baru makan. Ini bibik lagi masak sop buntut, kesukaan Neng Monita." kata Bik Inah sambil nyiapin makanan di meja makan.

 "Iya deh bik....nanti aja, perutku udah keroncongan nih daritadi. Hmm.....apalagi sama sop buntut, gak bisa ditahan deh lapernya."

 "Aduh eneng, gak takut apa sama kuman-kumannya."

 "Udah deh bik....gak pa-pa, gak bakalan mati deh aku." kucomot ayam goreng buatan bik inah.

 Bik Inah hanya bisa pasrah melihatku yang dengan lahapnya memakan masakannya.

**********************

 Hari ini aku datang ke sekolah seperti biasanya, jam 6 pagi. Mungkin bagi kebanyakan siswa, jam segitu terlalu pagi untuk ke sekolah. Tapi bagiku yang gak punya teman di rumah, udah biasa aku datang jam segitu.

 Duk...duk....kudengar suara benturan dari benda keras, lebih tepatnya suara benturan dari bola basket dengan - apalagi kalau bukan - lapangan basket.

 Heran, jam segini siapa yang udah maen basket. Bukannya aku yang setiap hari selalu pertama kali menginjakkan kaki ke sekolah. Dengan amat sangat penasaran, kulangkahkan kakiku menuju lapangan basket. Tampaklah disini sesosok manusia berjenis kelamin Adam sedang sibuk men-dribel bola basket. Takjub juga aku melihatnya saat dia masukkan bola basketnya ke keranjang dengan gerakan dunk - menurut istilah pebasket seh, karena aku juga gak begitu tau tentang basket, itupun istilahnya aku ambil dari salah satu koleksi komikku "Slum Dunk" ^_^ -

 Plok...plok...plok....tanpa sadar tanganku bertepuk tangan untuknya. Dan si cowok itu, yang tidak salah-tidak bukan adalah si Leksi, cowok baru yang menurut si Lisa - sahabatku - cuakep itu.

 "Kenapa kamu disini!!!" bentak Leksi padaku.

 "Wow...wow....tunggu bentar dong. Kamu aneh, aku emang harus disini khan. I'm school in here, emang ini sekolah tempat nenek moyang kamu apa yang gak memperbolehkan aku disini. Lagian loh.....hei......"

 Tanpa mendengar kata-kataku, Leksi pergi begitu aja gak peduli dengan apa yang aku omongin.

 "Sombong banget seh jadi cowok, mentang-mentang dari Jakarta, belagu. Muke Lu jauh tuch...." teriakku di belakangnya.

 Namun, apa yang terjadi. Si Leksi tak bergeming sedikit pun, dia terus berjalan dan berjalan tanpa menoleh padaku yang terus meneriakinya sebagai cowok brengsek, nyebelin, belagu, angkuh, cowok sok de-el-el.

*************************

 "Ha...ha...ha....cuman gara-gara itu doang, kamu jadi senewen kayak gini." itu nasehat dari sahabatku Lisa, bisa dibilang bukan nasehat tapi ledekan.

 Setelah kuceritakan panjang lebar tentang kejadian tadi pagi, dia malah ketawa ngakak gak berhenti sampe' istirahat sekarang. Semoga semua lalat-lalat yang ada di kantin ini masuk ke mulutnya Lisa yang lagi ketawa gak berhenti-berhenti. Biar dia kapok, trus gak ngetawain lagi. Sebel banget, orang lagi curhat malah diketawain.

 "Puas ketawanya. Gimana seh kamu kok malah ngetawain."

 "Sorry-sorry. Udahlah gak usah diambil ati napa, namanya juga anak Jakarta, pasti bawaannya belagu-belagu." Nah ini baru dukungan buat aku yang lagi berduka - eits, berduka kenapa nih ^_^ -

 "Sebel banget tau gak, aku kan niatnya baik, tepuk tangan buat dia. Kok malah dia ngomongnya sengak gitu ke aku. Gak sopan banget tau gak."

 "Iya-iya....tau. Eh, udah bel mon. Masuk yuk....."

 Jam pelajaran hari ini sisanya tinggal sosiologi sama sejarah, tapi aku udah gak peduli lagi. Udah gak mood pikiranku gara-gara insiden pagi hari tadi. Terdengar ocehan Pak Lucius yang membahana menerangkan tentang Penyebab Kenakalan Remaja. Tak sadar, kulirik Leksi yang duduk di sebelah kiriku. Kelihatannya, dia juga tidak mendengarkan ceramahnya Pak Lucius, dia malah corat-coret di kertas kayak nulis sesuatu yang penting karna wajahnya tampak serius sekali.

 Leksi, ternyata benar kata Lisa. Dia cakep, iih....ami-amit deh. Kugeleng-gelengkan kepalaku untuk menghilangkan wajah Leksi dari bayanganku barusan. Jangan sampe' dech.....

bersambung

19 Oct 2008

kesepian abadi

4



Kesepian Abadi

Pagi itu aku bagai daun yang rapuh

yang jatuh ke bumi

bagaikan sampah

yang tak berarti.

Hanya kesepian yang kurasa kini,

tanpa kehangatan seorang kekasih.

Aku ingin seperti daun yang lain,

hijau sehingga orang dapat berteduh

dan bangga melihatku.

Tapi kini aku sudah rapuh,

tak ada yang bisa membantuku.

Selain, kebahagiaan semu.

Kini aku bagai daun yang tak tahu kemana

sang bayu akan membawaku.

Aku benci ketidakpastian ini.

Haruskah aku akhiri sampe disini,

tanpa berjuang untuk mendapatkan cinta sejati

tanpa mengenal seorang pangeran hati

Tidak....

Aku tidak mau seperti itu,

Tapi, apa yang harus aku lakukan,

aku bingung....

Dan aku berharap,

sang Dewi Fortuna menghampiriku.

Aku berharap,

Dewi Cinta berpihak padaku,

walaupun semua itu semu...!!!

16 Oct 2008

16 Juli 2007 (puisi2)

2


Telah kulalui hari-hari kesendirianku.

Aku tak menyangka bahwa ternyata jiwaku telah dewasa

Kini aku telah mampu menerima semua kenyataan hidup

Pengalaman cintamu telah mengajari aku,

agar aku tetap tegar menghadapi kehidupan cintaku.

Cinta bisa datang dan pergi kapanpun cinta mau,

seperti halnya dirimu yang datang dan pergi ke ceritaku,

tanpa permisi pada duniaku.

Sedetik yang lalu, kau kobarkan api cinta.

Dan tanpa kusadari, hati telah terbakar sayang.

Kau belai hatiku dengan cintamu.

Kau kecup pipiku dengan sayangmu,

berjuta harapan melayang seiring belai kasihmu.

Namun, sesaat detik itu mati.

Kau pergi meninggalkan aku,

perpisahan pun tak terelakkan.

Kau hancurkan semua harapan,

kau jatuhkan diriku ke limbah kemunafikan.

Takkan ada lagi belai kasihmu,

takkan ada lagi kesejatian dirimu.

Tapi mataku telah buta dengan imajinasi sayangmu.

Aku buta karena cintamu,

cinta yang telah terbalut oleh kemunafikan.

Dan aku disini sendiri akan tetap melangkah maju.

Walau tanpa cintamu lagi,

walau tanpa sayangmu lagi.

07 May 2007 (18th)

4


"in Sweet seventeen"

 Harapan pertama yang kuinginkan pada saat umurku berubah jadi 17 waktu itu adalah bisa bertemu dengan seseorang yang aku sukai. Dan ternyata, harapan itu hanya tinggal harapan karena dia ga' pernah datang lagi. Sebenarnya sech, dia datang pas aku ga' ada d'rumah. Mungkin harapanku terkabul, tapi dia bukan orang yang tepat yang harus kusuka. Akhirnya, aku berharap semoga aku bisa melupakan dia.

 Misi pertamaku diawal umur 17th berhasil yaitu melupakan wajah seseorang yang cuma 2jam aza kulihat, tapi ternyata mataku tertuju ke seseorang. Dia anak sekolah jurusan UJP, biasa dipanggil "Pocong" ma temen-temenku ^_^ Yang ini aneh, aku ga' pernah kenal sama dia. Aku cuma seneng ngelihat sikapnya yang cool banget, bahkan sekarang aku masih suka ngelihat dia. Tapi beda sekarang aku ngelihat dia karena wajahnya dan semuanya mirip sama "Biawak Darat".

 Seekor "Biawak Darat", aku kenal dia pas PSG, dia adalah salah satu karyawan disitu. Pertama ketemu, aku udah ngefans dan saat dia tahu, dia malah suka ngegodain aku. Setelah aku terbang jauh melayang-layang dan bermimpi tentang dia, aku dijatuhkan dan ditusuk-tusuk. Dia cowok pertama yang membuatku nangis 7hari 7malam. Dia yang membuatku sakit hati dan membuatku takut untuk ngelihat cowok lagi, bahkan sampe' sekarang aku masih tetap ga' bisa ngelupain dia. Tapi, kini aku berusaha untuk bangkit. Aku ga' boleh kalah dengan seekor "Biawak Darat".

 Untuk ngelupain hewan satu itu, aku ma temen-temenku sering chatting dan browsing-browsing di internet. Dapat kenalan cowok banyak banget, mereka ada yang maen ke rumah. Tapi siapa yang mau berteman lama sama cewek tomboy yang jelek ^_^

 Aku sama Anik makin akrab, kita berteman selama 3th. Wow, ga' terasa. Bisa masuk MURI nech ^_^ kenapa yach, aku ga' bisa pisah sama dia. Ditengah-tengah tahun, Lusi teman SMP datang lagi ke ceritaku. Kita hanya bisa sms dan kirim e-mail. Aku juga punya tambahan teman baru, Dina namanya. Dia punya masa lalu yang kelam, tapi aku ga' peduli. Masa lalu kan tinggal kenangan.

 Ada yang datang, pasti ada yang pergi. Keakrabanku ma lilis yang selama ini terjamin, telah retak!!! Kita bertengkar hebat banget. Benar kata pepatah, teman adalah musuh dalam selimut. Aku sama lilis sama-sama egois jadi ga' ada yang mau mengalah. Sebenarnya sech, mulai sekarang aku mau memperbaiki keretakan ini tapi mana ada kaca yang sudah pecah, ga' akan kelihatan retaknya walaupun disambung lagi??! ga' mungkin, pasti masih kelihatan. Lucunya, kalau kita ketemu, kita sering ngerasa kikuk. Tapi ya udah, whatever.

 Umur 17 adalah umur yang masih labil. Emosiku diacak-acak terus. Di umur 17 ini, aku mendapat 1 tamparan yang keras dari ayah. Entah kenapa, aku ga' bisa melupakannya. Setan telah merasukiku, aku membenci ayah sejak kejadian itu. Hanya karena kewajiban sebagai seorang anak, aku menghormatinya. Sakit hati emank ga' ada obatnya. Seharusnya aku ga' boleh membencinya, tapi hatiku ga' mau berdamai dengan otakku. Padahal selama ini aku selalu menjunjung tinggi logika. Tapi yang namanya emosi, selalu ga' bisa berpikir lagi. Untuk saat ini hati dan logika ga' bisa bersatu.

 Kata orang, hidup tanpa adanya mimpi sama aza bo'onk. Aku punya banyak mimpi dan tekad yang kuat. Semoga dengan itu semua, hidupku jadi indah. Tekadku adalah membahagiakan orangtua, terutama ibu. Sebenarnya, aku ga' boleh membeda-bedakan orangtua. Seandainya, kalu ayah tahu, mungkin dia cemburu. Tapi, biar. Whatever your say, karena aku pasti akan tetap pada 1 tekad. Bahagiakan orangtua dahulu, baru diri sendiri. Itu sudah bulat dan ga' boleh ada yang mengganggu gugat.

 Kehilangan seseorang, walopun kenal atau ga' pasti sedih. Anak kecil yang udah aku anggap adik, sudah ga' pernah datang kerumah lagi. Rumah jadi sepi, kangen rasanya.

 Saat ini, aku kenal ma 1 cowok, tapi ga' berpengaruh. Siapapun dia dan dimanapun dia berada. I don't care.

 Di usia 17thku, aku banyak menciptakan mimpi-mimpi.  Tapi ga' sekedar mimpi, aku harus mencapainya!!!

 Aku bermimpi untuk bisa bersekolah tinggi. Sebenarnya ada tawaran bagus untuk kuliah di Jakarta selama 2th, GRATIS. Tapi aku ga' ngambil, kesempatan kan ga' hanya sekali. Mungkin suatu saat, aku bisa mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Negara sakura. Yupz, Negara Jepang adalah negara impianku. Suatu saat, aku harus bilang "Jepang aku disini bersama keluarga tercintaku." ^_^

 Tap, walaupun ga' dengan cara itu, mungkin aku bisa dengan cara lain, pergi ke Jepang sebagai wartawan. Pekerjaan yang kuimpikan.

 Semoga, semua impian baik yang terlihat maupun tidak, bisa terkabul nanti. Aku berharap, semua bisa terjadi !!!

 Dan saat ini, aku masih punya banyak impian lagi untuk masa depanku. Tapi aku sadar, banyak hal yang bisa saja terjadi diluar kehendak kita. Hanya bagaimana kitanya saja menyikapi hal itu.

 Ternyata, benar kata orang. Bahwa umur 17 itu pasti seru dan mengasyikkan. Karena ternyata, di umur 17ku berlangsung meriah. Aku jadi tahu akan banyak hal. Semoga setelah umur 17 ini, duniaku masih tetap semarak.

 Aku sangat bahagia dengan apa yang terjadi dalam hidupku. Dulu kukira hidupku cuma berlangsung biasa dan membosankan. Tapi ternyata, semua diluar dugaan. Emosiku diacak-acak. Umurku yang 17 walopun udah terlewati, tapi kuharap duniaku masih akan tetap semarak seperti diumur 17. Ok ^_^

13 Oct 2008

13/10/2008

3



 Hari ini aq mrsa bad mood bgt......aq kgen bgt ma shabatku anik. Dy tmanq saat aq mash SMK dlu. Dy adalah teman sebangkuku dari kelas 1-3 SMK,jd selama 3th kami bersama. Aa & anik seperti amplop dan perangkonya, itu panggilan untuk kami. Indah bgt saat SMK. Tp skrg dy telah pindah ke tempat asalnya d'Magetan dan aq sgt merindukannya. Anik sahabatku......kini hanyalah kenangan belaka.

 Tp sampai kapanpun, kenangan itu akan tetap indah........Anik aq msh menunggu kabarmu......

11 Oct 2008

Cerita Gunung kawi (1)

4



 Pesarean Gunung Kawi

Pesarean Gunung Kawi merupakan tempat Khol untuk memperingati wafatnya Mbah Soedjono yang dimakamkan di Gunung Kawi, di Kecamatan Wonosari, merupakan ziarah keluarga yang berangkat beriring dari sebuah masjid ke makam, yang kemudian diikuti oleh ribuan peziarah lain, sebagian besar datang dari luar Kabupaten Malang.

Mbah Imam Soedjono adalah salah satu dari 70 bangsawan yang ikut menentang penjajah di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro di sekitar Yogyakarta antara tahun 1825 - 1830 ; sedangkan Mbah Djoego dengan makam disebelahnya adalah pendamping Mbah Soedjono di pedepokan Gunung Kawi dan seorang yang berjasa pada penduduk mengatasi penyakit ternak semasa hidupnya.

Selamatan dan pertunjukan wayang kulit selalu menyertai acara ini dan upacara serupa dalam bentuk sederhana juga diadakan dengan selang 5 minggu, yaitu pada hari wafatnya Mbah Djoego, menjelang hari Senen Pahing dan juga pada hari menjelang Legi, hari yang dipandang keramat oleh masyarakat Jawa Timur. 

Tanggal wafatnya adalah 12 Sura dan menurut kalender Saka (Jawa/Aboge) ziarahnya dilakukan pada sore hari sebelumnya pada pukul 16.00 sedangkan selamatannya pada pukul 19.00. Tahun wafatnya adalah 1876.

10 Oct 2008

cerita dari gunung kawi (2)

4


Lebaran tahun 2008 ini, aku pergi ke gunung kawi. Lebih tepatnya aku diajak kerja oleh sebuah depot di Surabaya yang punya cabang disana.



Aku dan ibuku mengikutinya, ibuku sebagai peracik makanan di dapur, aku sebagai waitress.

aku gak pernah mempermasalahkan pekerjaan itu walaupun menurutku pekerjaannya berat. Tapi aku lebih suka mendapatkan pengalaman disana.

Kalu siang aku bekerja sampai jam 10 malam, setelah itu aku jalan-jalan keatas yang terdapat pesarean (makam) yang katanya seorang sunan.

Sebelumnya aku pernah mendengar gosip bahwa gunung kawi tempatnya orang cari pesugihan ternyata salah besar. Memang sech disana tempatnya orang selamatan, bahkan lebih banyak orang cina yang selamatan disana, dengan berbagai macam keinginan.

Suatu malam, aku naik keatas ke tempat pesarean. Dan disana kebetulan mengadakan selamatan. Aku tahu apa yang dipikirkan orang tentang mencari pesugihan, di selamatan itu orang nyekar di makam terus mereka berdoa tentang usahanya atau apapun yang diinginkan. Selamatannya rame-rame, jadi ada semacam juru kunci yang menjadi hostnya ^_^ dia membacakan nama, alamat dan keinginan orang tersebut. Mungkin bagi orang awam itulah yang dianggap mencari pesugihan.

Terus ada lagi siapapun yang datang ke gunung kawi pastilah menjadi penghuni gunung kawi (katanya). Sebenarnya bukan seperti itu, orang yang pertama kali ke gunung kawi dengan niat selamatan, pasti tahun berikutnya harus datang lagi ke gunung kawi jika memang berhasil untuk selamatan lagi, tapi jika tidak berhasil dan tidak mempunyai nadzar ke gunung kawi lagi ya ngapain kesana. Dan kebanyakan orang habis darisana pasti berhasil, dan tiap tahun pasti kembali lagi ke gunung kawi untuk selamatan. Itulah kenapa dianggap sebagai penghuni gunung kawi.

Laennya tentang cerita pohon ndaru. Disana ada 1 pohon yang dikeramatkan disebelahnya makam. Menurut kepercayaan orang sana, siapapun yang berada dipohon ndaru dan kejatuhan buahnya pastinya apapun keinginannya bakal keturutan. Sampai sekarang aku belum pernah merasakan kejatuhan buah pohon ndaru. hehehehehe.......

Tapi banyak sekali orang-orang yang smpe mengorbankan waktunya hanya untuk duduk-duduk dibawah pohon ndaru. Menurutku itu CUMI (CUma MItos) ^_^

Saat aku disana selama 10 hari (lama banget ya) aku mendengar sebuah cerita dari pohon keramat itu. Pernah ada seseorang yang duduk-duduk dibawah pohon itu sampe ketiduran karena saking kepinginnya dijatuhi buah keramat itu. Saat terbangun, sandal orang tersebut hilang. Dan menurut cerita, sesampainya dirumah saat ia bangun dari tidur dan turun dari kasur, dilihatnya sandal telah kembali dan kelihatan seperti baru. Wallahu a'lam.

Mugkin ceritaku sekian dulu, besok tanggal 1 sura aku mau maen kesana lagi. Sepertinya sekarang aku sudah menjadi penghuni gunung kawi.hehehehehe........^_^

kenangan terindah

6



KENANGAN TERINDAH

Malam telah tiba menggantikan siang yang penuh dengan aktifitas dan bulan kelihatan malu-malu menampakkan dirinya. Malam ini sepi sekali, awan mendung menggantung di langit dan akan bersiap-siap untuk mencurahkan airnya.

Sayup-sayup masih terdengar suara musik dari kamar Reina

'Aku yang lemah tanpamu
Aku yang rentan karena
Cinta yang telah hilang darimu
Yang mampu menyanjungku'

Dengan sangat teliti, Reina mendengarkan lirik lagu dari Samsons padahal biasanya Reina tak peduli denagn lagu itu. Tapi kenapa, saat ini lagu itu mengena sekali di hatinya, sepertinya penulis lagu ini khusus menciptakan lagu ini untuknya.

"Andi, aku benar-benar lemah tanpa kamu. Karna hanya dirimulah yang selama ini mengisi hidupku, tapi kenapa kamu meninggalkan aku" batin Reina dalam hati.

'Darimu, kutemukan hidupku
Bagiku, kaulah cinta sejati'

Dengan perlahan-lahan Reina mendengarkan lirik lagu itu dan tanpa sengaja butiran bening airmata telah menetes membasahi pipi Reina saat ia harus mengingat lagi kenangan tersebut. Dimana Reina saat pertama kali bertemu dengan Andi, cowok yang telah merubah hidup Reina dan yang telah membuat Reina jatuh cinta untuk pertama kalinya.


*************

Saat itu, ia dikenalkan oleh temannya.

"Hai Rein, kenalin nih. Andi dari Balikpapan" kata Doni teman Reina.

"......"

"Hai, aku Andi" kata cowok itu sambil mengulurkan tangannya.

"Aku.....Reina" jawab Reina membalas uluran tangan Andi.

Dan itulah awal perkenalan singkat dirumah Reina. Sejak itu, Reina dan Andi semakin akrab. Mereka selalu berdua kemanapun mereka pergi. Mereka bercanda, bermain, bertengkar dan tertawa bersama. Mereka selalu kelihatan bahagia karena mereka telah bersahabat.

Tapi, pada suatu hari.

"Hai Rein!" sapa Lia sahabat Reina.

"Hai juga, habis darimana?"

"Mmm....."

"....."

"Rein, kamu janji ya jangan marah?"

"....."

"Aku habis pergi sama Andi"

"HAH! Kalian....kalian pergi berdua???" kata Reina terkejut.

"Iya, mmm....sebenarnya kita juga udah jadian" kata Lia malu-malu, ia takut kalau-kalau Reina terkejut dan marah karena ia tidak pernah cerita ke Reina sebelumnya.

"APA!!! Kalian......enggak mungkin. Jangan bo'ong!" kata Reina tak percaya. Ia tahu betul kalau hal itu tidak akan terjadi, apalagi Andi sekalipun tidak pernah cerita kalau ia mencintai Lia.

"Reina, aku enggak bo'ong. Kita benar-benar udah resmi jadian"

"....."


*************


Reina benar-benar tak habis pikir kenapa ia masih memikirkan omongan Lia, seharusnya khan ia senang karna dua sahabatnya telah jadian. Tapi kenapa dia malah resah. Daritadi dia hanya membolak-balikkan badannya diatas kasur, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam dan ia belum juga bisa tidur, walaupun sudah berusaha untuk memejamkan mata.

"Aduh, kenapa ya?" batin Reina.


*************

Esoknya, Reina melihat dari kejauhan, Lia dan Andi sedang berjalan bergandengan tangan mesra sekali.

"Uuh, bikin ngiri. Tapi, masa sih iya aku jealous. Aaah....enggak mungkin" gerutu Reina dalam hati.

Hari-hari esoknya pun masih seperti itu. Reina sering banget melihat mereka berduaan, malah semakin mesra. Reina pun makin uring-uringan, dia kesal sama Andi, dia merasa dibohongi sama Andi. Reina juga sebal sama Lia, gara-gara dia Andi seperti melupakan Reina.

"Hu-hu-hu, Lia brengsek. Nyesel juga aku kenalin dia dengan Andi. Tapi gimana lagi, kita khan sohiban. Hu-hu-hu." maki Reina dalam hati.

Reina benar-benar sebal dengan kelakuan mereka. Kalau mereka lagi punya masalah, selalu saja mereka curhat ke Reina. Tapi kalau udah baikan, mereka seperti melupakan Reina.

"Ingin sekali aku menghilang dari kehidupan mereka berdua, daripada sakit ati terus. Eits....tunggu dulu, kenapa juga aku sakit ati? Duh, pusing....sebel....!" batin Reina.


*************

Dua minggu sudah Reina tidak pernah bertemu dengan Lia dan Andi. Dan dalam dua minggu itu, Reina merasakan perang di batinnya. Kadang, dia merasa cemburu banget sama Lia karena dia telah mengambil Andi dari kehidupannya.

"Reina, kamu kenapa? sakit?" tanya teman sebangku Reina.

"Enggak, emang kenapa? apa aku kelihatan pucat?"

"Bukan gitu, cuman akhir-akhir ini kulihat kamu berubah."

"....."

"Kamu sering diam dan melamun, emank apa sih yang kamu pikirkan?" tanya temannya itu.

"Enggak ada."

"Masa' sih Rein, kelihatan jelas loh kalo kamu ngelamun mikirin sesuatu."

"....."

"Naah....kamu jatuh cinta ya?" tebak temannya itu.

"Jatuh cinta, apa mungkin ya?" ucap Reina dalam hati.


*************

Awan mendung telah menggantung di langit sejak tadi pagi. Siang ini tidak terlalu panas untuk jalan-jalan. Dan.....tanpa sengaja.

"Hai...Reina." sapa seorang cewek mengagetkannya.

"LIA. Ya ampun, kamu. Apa kabar?"

"Kabar buruk. Kamu kemana aja seh selama ini. Saat aku hubungi, kamu selalu enggak ada. Sepertinya kamu menghindariku ya...."

"Ah, enggak kok. siapa bilang." sanggah Reina dengan cepat. Dia enggak ingin kalo sahabatnya ini tahu bahwa dia sekarang telah jatuh cinta sama Andi.

"Ya sudah kalo' begitu. Mmm....Reina, aku mau cerita nih. Kamu dengerin ya." Reina pun mengangguk.

"Begini, sebenarnya aku dan Andi udah putus sejak seminggu yang lalu. Kemudian Andi memutuskan untuk balik lagi ke Balikpapan. Reina, Andi menitipkan salam perpisahan untukmu. Katanya, janganlah membencinya. Reina, kamu enggak akan membencinya khan. Dia juga bilang, kalo' Reina akan tetap ada di hatinya sebagai sahabat sejatinya."

"......"

*************


Satu bulan telah berlalu sejak pertemuan terakhir dengan Lia. Dan selama itupun, Reina berusaha untuk melupakan wajah Andi yang semakin lama semakin terlihat jelas di hatinya.

Daritadi siang gerimis masih saja mengundang, tak kunjung reda. Reina baru saja pulang dari sekolah. Sekarang Reina selalu pulang malam karena dia aktif dalam ekskul. Dengan berlari-lari kecil, ia telusuri trotoar yang telah basah.

"Reina....Reina." panggil seseorang padanya. Dengan cepat, Reina berhenti dan menoleh. Tapi, "siapa dia??" Reina tak mengenalnya.

"Kamu Reina...khan?" tanya cowok itu setelah berada di hadapan Reina.

"Iya, kamu siapa?"

"Kenalin, aku Leo sepupunya Andi."

"...."

"Kamu pasti kaget khan, kenapa aku bisa mengenalmu. Andi selalu cerita ke aku tentang kamu. Dia juga memberiku fotomu. Kamu tau gak, wajahnya selalu kelihatan berseri-seri loh kalo' menceritakan tentang kamu. Sayangnya, Andi tidak pernah tau tentang perasaannya dan dia malah memilih Lia untuk jadi pacarnya. Andi juga cerita kalo' kamu pernah menghilang darinya. Dia tahu kamu menghilang karena sakit hati sama Lia. Oleh karena itu, ia lebih memilih pergi dari kehidupan kalian. Ia tidak ingin membuat persahabatan kalian pecah hanya gara-gara seorang cowok. Reina, apakah kamu mencintai Andi?" tanya Leo pada Reina.

"...." jelas saja Reina kaget ditembak dengan pertanyaan yang mengejutkan seperti ini. Seandainya saja Leo tahu, bahwa Reina benar-benar tersiksa karena memendam perasaan cinta yang dalam, pastinya dia tidak akan bertanya seperti ini pada Reina.

"Reina, aku tahu kamu mencintai Andi. Dan sebelum Andi pergi ke Balikpapan, Andi sempat bilang padaku bahwa dia mencintai Reina. Dia merasa sangat bodoh telah menyia-nyiakan seorang gadis seperti Reina. Reina, Andi sangat mencintaimu."

"......"

Setelah mengatakan itu, Leo pergi meninggalkan Reina yang masih terpaku di tempatnya. Gerimis yang turun pun menjadi sangat lebat dan Reina masih tetap berdiri terpaku. Dia tidak percaya dengan ucapan Leo yang terkhir.


*************


'Bila yang tertulis untukku
adalah yang terbaik untukmu.
Kan kujadikan kau
kenangan yang terindah dalam hidupku.'

Ingatan Reina kembali lagi di kamar. Ia dengarkan lagi lagu yang diputar oleh stasiun radio. Sepertinya, stasiun-stasiun radio bersepakat untuk memutar lagu ini. Buktinya, sekarang lagunya SAMSONS ini diputar di stasiun radio yang beda dengan yang tadi.

"Selama mataku terbuka, hingga jantungku tak berdetak. Selama itu pula aku akan mampu untuk mengenangmu. Andi, cintaku tak akan pernah padam dan hanya untukmu." batin Reina dalam hati.

Diluar hujan telah turun mengguyur bumi. Dan Reina masih tetap mendengarkan musik sambil mengenang tentang Andi.

'Namun takkan mudah bagiku
meninggalkan jejak hidupku
yang t'lah terukir abadi
sebagai kenangan yang terindah'


Semakin lama hujan semakin deras, sepertinya langit tahu tentang perasaan Reina karena saat ini Reina sedang menangis.

"Kenapa....kenapa baru sekarang aku mengetahui tentang cintamu, kenapa bukan dari dulu kamu mengatakannya sendiri padaku bahwa kamu mencintaiku. Andi, aku janji akan menjadikanmu sebagai kenangan yang terindah dalam hidupku."


**********SEKIAN**********


sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com