25 Jan 2016

Nona Kesepian #3

1

Kopi itu untukmu, bukan kopi pahit. Manisnya berasal dari kerinduan yang menumpuk.

Hai Tuan Besar yang suka tertawa. Sudahkah kamu bercerita perihal perasaanmu kepada Nona? Tidakkah kamu tahu Tuan? Nona memeluk erat duri rindu di setiap malamnya, membuat dinding-dinding hatinya robek, membuatnya bermimpi buruk. Ia selalu gelisah menunggumu Tuan, yang hanya datang di Hari Senin. Ada apa Tuan dengan Hari Senin? Mengapa engkau hanya muncul di Hari Senin. Menciptakan kehangatan di hati Nona, hanya sekejap, karena engkau menghilang sepekan kemudian. Dimana engkau bersembunyi Tuan? Tidakkah engkau mendengar namamu yang terus diucapkan Nona di setiap penghujung harinya? Ia yang terus mengaduk kopi, tidakkah engkau ingin mencicipi kopi itu Tuan? Terasa sangat pahit, karena bukan gula yang ia campur dalam kopi itu, namun kerinduannya padamu Tuan yang terus menumpuk hingga ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya selain mencampurnya pada kopi dan menyajikannya untukmu.

Nona Kesepian #2

1

Tetaplah berdiri didepanku, membelakangi dan jangan menoleh.

Hei kamu yang ada disana. Iya, kamu yang lagi berdiri dengan pongahnya, si Tuan Besar yang merasa dunianya selalu benar, si Tuan Besar yang dunianya tak pernah sepi, si Tuan Besar yang tidak menyadari telah menjatuhkan hati Nona hingga berkeping-keping, si Tuan Besar yang kemudian memilih pergi setelah itu. Tidak sadarkah kamu Tuan, ada wanita yang menunggumu disini, menunggu kamu berjalan ke arahnya, tapi nyatanya kedua kakimu seakan tertancap erat disitu, di tempatmu berdiri sekarang.

16 Jan 2016

8 Jan 2016

Secarik Kertas

0

Suatu hari, kau akan membaca sebuah kejutan dari secarik kertas dengan tulisan 'aku menyukaimu'

Kembali Ken memperhatikan kegemaran Za yang suka menulis. Kali ini Za menulis di secarik nota yang baru saja diterima dari seorang pelayan. Ken tidak mengerti tentang kegemaran Za, ia hanya memperhatikan bagaimana bibir Za yang mengatup rapat, percikan sinar mata yang penuh riak kehidupan, tangan Za yang terus bergerak menorehkan tinta di secarik nota tersebut. Keindahan seperti inilah yang selalu membuat Ken merindu.

4 Jan 2016

Tiga Menit

2

Kita sudah terbiasa berjalan dalam hening, namun aku tahu hati kita saling berdialog.

Perjalanan dari pintu kelas ke pintu gerbang bisa ditempuh dalam waktu tiga menit. Za biasanya menghabiskan waktu tiga menit itu dengan menyenandungkan nada-nada dengan suara falsnya. Terkadang, ia bergumam sendiri tentang jadwalnya yang terlalu padat, atau dosen yang baru saja memberinya tugas. Di hari lain, bahkan Za tidak memikirkan apapun, ia hanya berjalan saja, ingin segera sampai ke pintu gerbang. Bagi Za, pintu gerbang adalah pintu keluar dari segala tekanan di dalam kampus.
sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com