2 Apr 2009

Kaulah wanita terindahku

39

"Hari ini kamu rencananya mau kemana sayang?" tanya Mama disela-sela makan pagi kami. Mama orang yang sangat sibuk dengan pekerjaan.

"Gak kemana-mana Ma, Putri dirumah aja deh." jawabku dengan malasnya.

"Kamu gak jalan-jalan? Ini kan sudah hari ketiga kamu berada disni. Keliling-keliling Singapur atau kamu coba untuk beradaptasi dengan anak-anak disini?" tanya Mama lagi.

"Males ah, besok-besok aja kalau udah gak malas. Putri mau dikamar aja." ujarku sembari berusaha untuk bangkit dari kursi meja makan.

"Udah selesai makannya Put?"

"Iya Ma, Putri kekamar dulu yach." ijinku ke Mama dan tanpa menunggu jawaban Mama lagi aku langsung ngacir pergi ke kamar yang berada di lantai atas.

***************

BLUK. Kuhempaskan tubuhku di spring bed yang empuk. Pikiranku melayang entah kemana. Saat ini memang benar kenyataan tubuhku berada di kamar yang terletak di Negara Singapura ini, Negara tempat Mamaku bekerja dan bertempat tinggal. Namun, pikiranku melayang di Indonesia tepatnya dikota kecil Kota Surabaya, kota kelahiranku dan tempat tinggalku sebelum 3 hari yang lalu.

kini dan seterusnya aku akan menetap disini di Negara Singapura yang bahkan tempat tidurnya saja tidak aku kenali apalagi kota dan orang-orangnya. Walaupun setiap hari Mama menyuruhku jalan-jalan dengan mobil mewah yang dibelikan khusus untukku , aku merasa malas sekali melakukannya. Bahkan, Mama meluangkan waktunya yang super sibuk di sore hari hanya untuk menawarkan jasa sebagai guide-ku tapi toh aku tetap tidak mau. Aku masih belum bisa nerima keadaan ini, keadaan yang sangat berubah drastis. Disini tidak ada Ayah, teman-temanku seperti Dini, Lia dan Toni serta kafe.

Meski baru 3 hari, aku sudah merindukannya. Apalagi kafe Ken's, kafe kecil yang terletak di pojok Surabaya, kafe tempatku mencari peruntungan dengan menjual suaraku disana, atau mungkin lebih tepatnya bukan menjual tapi memamerkan suaraku. Dari kecil, aku sudah hobby menyanyi dan kebetulan Ayah mengijinkan dan mendukung semua caraku dalam rangka memamerkan suaraku itu mulai dari ngamen bersama teman-teman, ngeband dan sampai akhirnya diajak mengisi acara di kafe ken's yang kebetulan manajernya menyukai ciri khas suaraku dan mulai mengontrakku untuk menjadi penyanyi tetap kafe ken's.

Saat itu, aku sangat bangga dengan pekerjaanku sebagai penyanyi kafe karena dengan begitu aku bisa memamerkan suaraku kepada semua orang. Untung juga, Ayah mendukungku seratus persen.

"Apapun jalanmu, jika itu masih dijalur yang benar Ayah akan mendukungmu." kata Ayah saat aku menanyakan perihal dukungannya.

"Tapi kan ini penyanyi kafe yah, Ayah gak malu punya anak seorang penyanyi kafe. Bukankah penyanyi kafe itu sudah dicap masyarakat sebagai anak nakal. Ayah gak takut para tetangga menjelek-jelekkan Putri sebagai cewek nakal karena sering pulang malam?" tanyaku penasaran. Namun, hanya gelengan kepala dan senyuman yang kudapat dari Ayah.

"Ayah gak takut?" kuulang pertanyaanku karena aku benar-benar penasaran kenapa Ayah begitu mudahnya mendukungku.

"Ayah sayang sama kamu nak dan Ayah juga yakin kamu sayang sama Ayah jadi Ayah yakin sekali kamu gak mungkin mengecewakan Ayah. Kalau memang para tetangga berkata-kata seperti yang kamu katakan tadi, Ayah tidak peduli karena yang Ayah pedulikan hanya kamu." jawab Ayah sambil mencolek hidungku. Aku pun tersenyum, benar kata Ayah aku sangat sayang sama Ayah. Aku pun langsung memeluk Ayah.

"Tuh, mulai manja."

"Biarin, soalnya kan Putri sayang banget sama Ayah." kataku merajuk.

"Ayah juga."

"Yah, Putri boleh tanya lagi gak?"

"Apa?"

"Waktu Putri ngamen. Ayah malu gak?" tanyaku ke Ayah dan kudapati lagi senyuman itu.

"Kenapa harus malu. Putri kan cuma ngamen, gak nyolong kan?"

"Ayaaahhh..... Ayah ada-ada aja. Putri serius."

"Ayah juga serius, taurus malahan."

"Ayaaahhhh......" kataku sambil cemberut.

"Hehehe.... Ayah gak malu kok nak. Malah Ayah bangga anak Ayah ini udah mau belajar mandiri dan bisa jadi penyanyi."

Saat itu Ayah adalah sosok yang sangat bijaksana bagiku. Dari kecil aku tinggal bersama Ayah dan kini aku harus pergi meninggalkan Ayah di Surabaya sendirian dan ikut Mama ke Singapura.

"Yah, rasanya aku bahagia banget walaupun cuma tinggal berdua sama Ayah." ucapku tulus di waktu itu.

"Iya, Ayah juga."

"Walau tanpa Mama, tapi aku udah merasa jadi anak paling beruntung deh yah." Dan senyuman itu muncul lagi, senyuman yang selalu menyejukkan hatiku dikala badai masalah datang bertubi-tubi.

"Biarpun begitu, kamu masih punya Mama yang sayang juga sama kamu seperti Ayah yang menyayangimu." Begitulah selalu kata-kata Ayah. Padahal sudah jelas-jelas Mama menghianati Ayah dan pergi ke Singapur mengikuti jejak suaminya yang kaya yang saat ini sudah almarhum.

Aku masih ingat. Ketika aku masih SD, Mama meminta cerai dari Ayah. Dan mungkin karena sakit hati itulah Ayah banting tulang untuk menghidupiku dan dirinya sendiri hingga akhirnya lahirlah bisnis Ayah yang sekarang sudah beranak-pinak. Tapi walaupun begitu Ayah gak malu melihatnya anaknya ngamen bahkan menjadi penyanyi kafe. Tak terasa air mataku membasahi pipi kala mengenang semua itu. Kulirik jam yang menunjukkan pukul 10 waktu sekitar. Sejenak kutatap langit-langit kamarku, dan ingatanku kembali menerawang ke kamarku dulu yang berada di Surabaya. Langit-langitnya berbeda, dulu di langit-langit kamarku banyak tergantung bintang-bintang yang bisa menyala saat lampu dipadamkan, hadiah dari Alex.

Mengingat Alex, ah sudahlah semua sudah berlalu. Aku pun bangkit dan mengambil laptop hadiah dari Mama. Sama seperti kemaren, hari ini pun aku mau online di kamar. Kunyalakan laptopku, setelah menunggu beberapa detik akhirnya muncullah foto diriku dengan Alex yang sedang tersenyum menatap kamera dengan background sebuah teman yang terletak di Surabaya. Tiap sabtu sore kami selalu menghabiskan waktu disana, entah itu cuma jalan-jalan menghilangkan penat atau cuma nongkrong melihat orang-orang yang sedang asyik berpacaran.

Hufz.... Alex bukan siapa-siapa lagi. Kuklik 2 kali icon Yahoo Messenger yang berada di desktop laptopku. Kuketik alamat email dan passwordnya, loading sebentar dan mucullah beberapa nama disana termasuk nama Alex yang sudah 3 hari ini gak pernah online. Aku merasa dia sudah melupakanku, padahal selama 3 hari ini aku selalu online mulai pagi sampai jam 12 malam tapi tetap tak ada tanda-tanda Alex online. Kuketik pesan lagi untuk yang kesekian kalinya.

Lex..... ini aku Putri.

'Lagi online Put?' sapa Dido teman kuliah dulu.

'Iya.'

Lebih baik aku ngobrol dulu sama Dido untuk mengisi waktu.

***************

tiga jam pun berlalu mulai ngobrol sama Dido sampai cekikikan sama Lia dan aku jadi makin kangen sama mereka, apalagi kata Lia kafe makin sepi tak ada aku. Andai saja saat itu Mam tidak tau pekerjaanku, mungkin saat ini aku masih di Surabaya dan berkumpul bersama teman-temanku di kafe.

"Apa-apaan kamu ini Rud, mengurus anak satu aja gak becus." suara mama yang keras menghentak itu mengagetkanku yang masih tidur di kamar.

"Masak Putri harus jadi penyanyi kafe, apalagi kata para tetangga dulu si Putri itu juga sering ngamen. Iya?!" Aku langsung terbangun saat kudengar namaku disebut.

"Jawab Rud, jangan diam saja!" sentak Mama lagi. Aku pun jadi penasaran kuintip lewat celah pintu kamarku dan kulihat Papa menganggukkan kepala.

"APA!!! Jadi bener semua kata tetangga kalau si Putri cewek nakal, tak punya pendidikan, gadis malam."

"Semua itu gak bener, Putri emang penyanyi kafe tapi dia bukan anak nakal." bela Ayah akhirnya.

"Rudi.... Rudi, kamu itu bodoh apa bego?! Sudah jelas-jelas Putri itu penyanyi kafe."

"Lantas kenapa dengan penyanyi kafe Mir?"

"Kamu tidak tau kalau profesi sebagai penyanyi kafe itu sudah buruk dimata masyarakat."

"Aku tau tapi aku percaya sama Putri." Ayah memang bijaksana.

"Bukan itu saja Rudi masalahnya, aku juga mendengar dari para tetangga katanya Putri itu gak normal. Apa itu benar?"

"Gak normal bagaimana?" tanya Ayah balik, aku yang mengintip dan mencuri dengar juga bingung apa yang dimaksud Mama.

"HUH..." kudengar helaan napas Mama yang terasa berat, suasana hening seketika. Aku pun jadi deg-degan.

"Kata mereka, Putri seorang lesbian." kata Mama pelan dan aku cukup jelas mendengarnya.

"APA!!! Mirna, kamu jangan percaya begitu saja sama omongan para tetangga." bela Ayah lagi untuk yang kesekian kalinya terhadap diriku. Aku sudah tidak mau lagi untuk mendengarkan kelanjutan dari pembicaraan mereka.

***************

Huuh.... kuhela napasku yang berat berharap semua ini tidak pernah terjadi padaku. Aku juga masih berharap semua ini adalah mimpi.

"Putri.... aku sudah tidak pernah melihat Alex lagi di kampus. Maaf yach.... aku gak bisa bantu kamu lebih banyak lagi. Alex benar-benar menghilang Put, kamu yang sabar yach. Jaga diri baik-baik disana, kami semua sayang sama kamu. Kalau pulang kampung, jangan lupa maen-maen ke Ken's yach." tulis Dini lewat email. Dini yang baik yang selalu membantuku dan menyimpan semua rahasiaku tanpa sekalipun bocor ke telinga orang lain.

"Iya Din, makasih yach. Kamu juga yang rajin ngurusin kafe yach. Aku juga sayang sama kalian, 3 hari disini ajah aku udah kangen sama kalian. Apalagi suasana kafe dan kenanganku." balasku ke Dini. Terlintaslah bayangan Dini dan Alex yang saat itu baru pertama kali kukenal. Lewat Dini lah aku mengenal Alex, Alex itu teman sekampus Dini, sedangkan Dini adalah teman SMA-ku dan kebetulan dialah pemilik Ken's kafe. Di usianya yang muda, Dini sudah diberi kuasa untuk mengelola usaha ayahnya itu.

"Putri, kenalin ini Alex teman kampusku." ujar Dini pada malam itu.

"Alex." ucap orang itu memperkenalkan diri sembari mengulurkan tangannya.

"Putri." kubalas luran tangan itu dengan senyuman. Saat itu aku telah selesai memamerkan suaraku di kafe Ken's dan akan bersiap-siap pulang.

"Udah selesai ya Put?" tanya Dini padaku yang tengah sibuk memreteli anting-antingku.

"Iya, mau pulang. Udah malam juga, takut ditungguin ayah dirumah."

"Aku anterin ya?" tawar Alex.

"Gak usah deh, biasanya juga sendiri kok."

"Gak pa-pa, aku juga mau pulang kok."

"Gak ngerepotin nih?" Kulihat gelengan kepala dari Alex. Ya untunglah, jadi bisa ngirit ongkos taksi deh, pikirku saat itu.

***************

Aku benar-benar tak menyangka dari perkenalan singkat itu aku jadi makin dekat sama Alex. Kita sering keluar bareng, ke Taman, ke Mall, Alex juga sering antar-jemput aku ke kafe dan Alex lah yang selalu nganterin aku kemana pun aku pergi. Tak jarang Alex juga sering main ke rumah dan menginap di rumahku, tapi itu tak jadi masalah bagi Ayah karena Alex temanku.

Tapi yang tak kusangka adalah kedekatan kami ini membawa virus yang sangat membahayakan, virus yang tak lazim, virus yang taboo dan virus yang aneh bagi sebagian orang.

"Put, kamu cantik sekali sore ini." ujar Alex disaat kami sedang menikmati keindahan pantai di sore hari.

"Biasa ajah Lex." jawabku sambil tersipu malu.

"Pasti banyak anak cowok yang suka sama kamu." ujar Alex lagi yang dengan suksesnya membuatku kaget dan menatapnya. tak berselang lama aku tersenyum menjawab pertanyaan Alex.

"Aku udah tau semua tentangmu dari Dini. Dini udah cerita banyak sekali."

"Cerita apa ajah dia, dasar nenek rombeng Dini." kataku dengan mimik muka cemberut.

"Katanya kamu dulu pernah ngamen, suka nyanyi, baek hati dan banyak digemari para cowok tapi herannya kamu gak punya cowok. Bener itu?" ZLEB, terasa ada samurai menancap ke jantungku. Aku gak bisa berkata apa-apa lagi selain tersenyum.

"Kok bisa gak punya cowok?" tanya Alex penasaran.

"Yaaa.... masih belum ketemu yang cocok ajah." lagi-lagi jawaban inilah yang kulontarkan untuk kesekian kalinya.

"Kok bisa?" tanya Alex lagi.

"Ya bisa lah, semua cowok yang suka sama aku itu bukan karena hati dan gak semuanya tulus. Aku gak mau sakit hati."

"Emang kamu pernah ngalaminnya?" Kutatap lagi wajah Alex yang menyiratkan rasa penasaran tersebut. Kugelengkan kepala lagi entah untuk yang keberapa kali.

"Terus???" Kutarik napas dalam-dalam, suasana pun hening seketika.

"Aku gak pernah dan gak mau ngerasain sakit hati, karena menurut teman-temanku sakit hati itu rasanya pedih. Bahkan gak jarang orang stres karena sakit hati. Semua lelaki sama saja, gak ada yang bisa setia. Dan penyebab paling banyak mengapa terjadi sakit hati adalah si cowoknya ini selingkuh, punya pacar gelap, serong, menduakan atau apalah namanya itu. Bukankah sudah diteliti 2 dari 3 orang laki-laki itu tidak setia." ujarku berorasi.

"Jadi gitu." ucap Alex kemudian, kuanggukkan kepalaku mengiyakan.

"Kalau seandainya....... aku yang suka sama kamu, gimana?" DEG!!! Kurasakan jantungku berhenti berdetak dan kulihat wajah Alex yang serius menatapku. Aku gak bisa berkata apa-apa, sejenak aku menjadi bisu, mulutku tak bisa terbuka seperti dilem. Dan detik kemudian Alex tersenyum sambil berkata, "Jangan kamu kira aku main-main. Aku serius Put." ucap Alex tegas.

"Sejenak aku merasa dunia berhenti berputar, mataku tak bisa berkedip, lidahku kelu tak bisa berucap, bahkan mulutku terkatup rapat-rapat tak bisa dibuka.

"Put....." panggil Alex ramah sambil memegang tanganku, menyadarkanku kembali lagi ke kenyataan bahwa Alex menyukaiku. Ini tidak mungkin.

"Aku gak berharap kamu menjawabnya Put, aku gak butuh jawaban. Aku hanya ingin jujur saja. Aku gak mau membohongi perasaanku sendiri. Aku emang sayang banget sama kamu Put."

"Tapi Lex, kita kan....."

"Aku tau Put, hal ini sebenarnya gak boleh terjadi." potong Alex.

***************

Trrt.... trrrtttt..... trrrrrrrttttttt........ Sejenak aku terkesiap dari lamunan, kudapati lagi kamarku yang sudah kuhuni selama 3 hari ini. Trrrttt..... trrrrttttt....... trrrrtttt...... Kuambil Blackberry kesayanganku dari meja rias, terpampang wajah Mama disitu.

"Halo."

"Put, udah makan?" tanya Mama diseberang sana.

"Belum Ma." rutin sekali sih tiap jam segini selalu telpon, pikirku.

"Cepet makan ya, entar kamu sakit. Ngapain sekarang?"

"Gak ngapa-ngapain Ma, Putri dikamar ajah kok."

"Ya udah, cepet makan ya sayang. Kamu tinggal bilang ke Bibi mau makan apa, entar Bibi yang masakin buat kamu."

"Iya, Putri udah tau kok."

"Oke deh, mungkin entar Mama agak malam pulangnya maklum banyak kerjaan di kantor. Nanti kamu tidur dulu ya, jangan malam-malam tidurnya."

"Iya."

"Mama sayang kamu Put."

KLIK. Kumatikan pembicaraan ini. Aku sudah bosan Ma dengan kata-kata Mama itu, Putri kan bukan anak kecil lagi yang harus diatur ini dan itu. Kubaringkan lagi tubuhku ke kasur.

Kalau memang Mama sayang sama Putri, kenapa dulu Mama ninggalin Putri begitu saja. Kenapa Mama lebih milih orang lain daripada Papa, itukah bukti rasa sayang Mama ke Putri?! omelku dalam hati. Tak terasa butiran bening mengalir melewati pipiku.

Semua kenangan tentang Ayah, Mama, Kafe, Alez muncul lagi. Kenapa semuanya bisa terjadi padaku, ingin sekali aku berteriak kencang bahkan kalau bisa sampai pita suaraku putus. Kuambil laptopku yang masih menyala, kuamati semua album foto disitu. Kuamati satu-satu dan sesekali aku tersenyum kala melihat pose-pose Alex yang lucu-lucu. Ada juga foto pribadiku dengan Alex yang tidak aku perlihatkan kepada siapapunkecuali Dini yang tidak sengaja melihatnya. Foto pribadi yang diambil dari HP N70 milik Alex. Disitu aku dan Alex sedang berciuman.

"Put.... ini fotonya siapa?!" tanya Dini saat dia sedang melihat-lihat isi laptopku di kamarku.

"Foto apaan?" tanyaku balik karena belum ngeh dengan maksud Dini.

"Lihat ini. Ini foto kamu kan?" Mataku langsung tertancap dilayar monitor yang tengah menayangkan fotoku dan Alex yang sedang berciuman.

"PUT!!!" sentak Dini yang dengan suksesnya membuatku terlonjak kaget.

"Dini ngagetin ach."

"Ini fotonya siapa?!" tanya Dini yang sedang menunggu klarifikasi dariku.

"Iya fotoku."

"Sama siapa?!" potong Dini ketus.

"Alex." jawabku singkat dan sangat pelan.

"Maksudnya apa ini?!" suara Dini mulai emosi.

"Ssst.... jangan keras-keras." ujarku panik, takut kedengaran orang lain yang padahal jelas-jelas cuma aku dan Dini dikamar rumahku.

"Ceritakan semuanya padaku." perintah Dini tegas.

"Jadi, aku sama Alex pacaran." penjelasanku benar-benar pelan sekali, tapi cukup mampu didengar oleh Dini yang mimik wajahnya langsung berubah.

"APA!!! Putri kamu sadar kan apa yang kamu lakukan ini gak bener?!" Kuanggukkan kepalaku.

"Aku gak ngerti Put, kok bisa jadi kayak gini." suara Dini sudah mulai melunak.

"Awalnya aku juga ragu Din, tapi Alex terus-terusan meyakinkanku."

"Hufz..... aku masih gak ngerti. Tapi yang jelas jika ini memang keputusan kalian, baiklah aku akan dukung. Bukankah teman yang baik akan selalu mendukung temannya."

"Makasih ya Din, aku beruntung punya teman kayak kamu." Kupeluk Dini erat sekali.

Aku jadi tersenyum mengingat peristiwa itu. Alex sosok yang sangat kusayangi, dia selalu ada untukku. Saat aku sedih, bingung, capek karena banyak tugas, bosan, senang, berduka disaat kucing kesayanganku mati. Alex selalu sabar mendengarkan keluh kesahku dan dia selalu bisa membuatku tersenyum dengan lelucon-leluconnya. Alex yang banyak cerita, Alex yang periang, menyenangkan, yang suka memanjakanku dan tentunya Alex yang juga mencintaiku seperti aku mencintainya hingga peristiwa itupun terjadi.

"ALEX." tegurku pada sesosok makhluk yang sangat kukenali.

"Putri, sama siapa?" tanya Alex yang tak bisa menutupi keterkejutannya melihatku disini memergokinya.

"Siapa say?" tanya orang disebelahnya sebelum sempat kujawab pertanyaan Alex. Apa yang kudengar tadi? say?? sayangkah maksudnya? Siapakah dia?? Siapa orang ini yang berani memanggil Alex-ku dengan panggilan say???

"Teman kok, teman kampus." Tak kusangka Alex menjawabnya seperti itu, kutatap Alex dengan pandangan tak percaya. Apa-apaan semua ini?!

"Oh... Ya udah aku mau kesana bentar ya say. kamu tunggu ajah disini sama teman kamu dulu." pamit orang itu dan pergi meninggalkan aku yang berdiri terpaku bersama Alex.

"Put... maafkan aku."

"Apa maksud ucapanmu tadi? Siapa dia?! Pacarmu? Kekasih gelapmu? Selingkuhan? Atau dia kekasihmu?!" tanyaku bertubi-tubi, aku sudah gak kuat lagi menahan rasa sakit ini. Ternyata Alex yang sudah kupercaya telah tega melakukan ini semua padaku.

"Put, aku benar-benar minta maaf."

"Aku tak butuh permintaan maaf Lex. Aku hanya butuh jawaban, siapa dia Lex?!" potongku dengan suara yang kasar dan keras.

"Dia tunanganku." Zleb!!! Zleb!!! Zleb!!! Aku merasa telah ditusuk-tusuk oleh pedang. Bendungan air mataku pun mengalirlah tanpa ada yang menghalangi. Selanjutnya yang aku ingat saat itu aku pergi dan berlari sejauh mungkin dari Alex. Aku sudah tidak mau lagi melihat wajah Alex. Sampai malam harinya, Alex datang kerumah.

"Put, maafkan aku. Aku gak bermaksud menyakitimu." bela Alex dan aku sudah gak mau lagi mendengarnya. Aku hanya diam tak peduli dengan semuanya.

"Put, semua ini diluar kendaliku. Aku dijodohkan tanpa aku ketahui. Baru kemaren pas tunangan itu aku tau tentang perjodohan ini. Putri aku emang salah, dan rasanya tak pantas berada dihadapanmu saat ini. Tapi kumohon maafkan aku. Jujur Put cintaku cuma kamu, rasa sayangku ini hanya untukmu Put."

"Kalau begitu tinggalkan dia." ujarku kemudian.

"Bagaimana aku bisa meninggalkannya."

"Jadi kamu memilih dia kan?!"

"Putri, ngertiin aku. Ini demi keluargaku, demi orangtuaku. Aku harus menikah dengan dia."

"Ngertiin kamu? Kapan aku gak ngertiin kamu Lex. Demi kamu aku rela mencintaimu, aku rela menyalahi kodratku. Tapi apa yang kamu lakukan?! Kamu lebih memilih laki-laki itu." teriakku akhirnya. Hening sesaat, Alex tampak kebingungan dan merasa bersalah.

"Aku tau, maka dari itulah aku dijodohkan dan disuruh menikah dengan laki-laki ini. Karena hubungan kita ini gak memungkinkan Put. Tapi yakinlah, aku masih tetap menicntaimu sampai kapanpun."

"Bullshit."

"Oke Put terserah kamu, tapi itulah kenyataannya. Maafkan aku, selamat tinggal." Itulah pertemuan terakhirku dengan Alex, seseorang yang kucintai yang lebih memilih laki-laki yang dijodohkannya untuk dinikahi.

"Alex, aku tau hubungan kita ini tak lazim. Tapi aku lebih memilih kamu karena aku yakin akan perasaanmu padaku yang sudah jujur itu." ujarku dalam hati.

"Mengapa laki-laki itu harus datang ke kehidupanmu Lex." lanjutku dalam tangis.

Karena kejadian itu, aku menyetujui usulan Mama untuk mengajakku pindah dan menetap di Negara Singapura. Aku berharap aku bisa melupakanmu dan semoga kau bahagia dengan laki-laki itu di kehidupanmu yang baru.

"ALEX, ALEXANDRIA. Kau adalah wanita terindahku." Kunyalakan winamp di laptop yang langsung menyuarakn Pingkan Mambo - 'Wanita Terindah'.

Kau janjikan hanya ku cintamu
Cinta matimu kepada diriku

Namun mengapa kau pergi
Pergi dengan dia lelaki pilihanmu
Ingin aku bunuh saja dia yang tlah curi
Wanita terindahku

Tahukah kau tlah membuai
Diriku jatuh di pelukmu
Hingga ku pun merasa
Tanpamu ku tak berarti

Kaulah wanita terindahku

Semua katakan cinta kita terlarang
Tapi kau yakinkan ku
Jangan dengarkan mereka



***coretanku terinspirasi dari lagu Pingkan Mambo

39 comments:

  1. whew...

    btw apakah daku petromaxx??

    lumayan jg fit cerpennya...agak beda dgn yg lainnya heheh...

    ReplyDelete
  2. kamu berbakat loh, vee..

    terus nulis ya...

    ReplyDelete
  3. fakta atau sekedar ceritakah?

    kisah yang haru,..

    nice untuk tulisannya,..

    ReplyDelete
  4. it0 kjadian mu bner ta mak?
    masak emak jd penyanyi kafe?
    ne hanya mimpi kan *merintih dg lebay* apa cuma cerpen fiksi aja neh??
    seng temen a mak!!
    aku jadi kebawa critamu lh0 mak,
    emak. . . .

    ReplyDelete
  5. eh critanya it0h tentang lesb0ng yah, ih. . . . .
    nggilani ng0n0 se vid, gag 0n0 seng lain ta?. . .
    ya 0ll0h. . . . . .
    aku baru tau critanya,
    mungkin kal0 aku bisa simpulkan kamu nulis ini c0z banyag kasus suka sesama jenis yah'? tapi kal0 b0leh k0reksi, endingnya it0 dibuat sadar gitu lh0h. . . .masag tetep lesb0ng?
    yang t0bat2 gt lh0,
    biar masyarakat it0 ta0k kal0 hubungan sesama jenis it0 -HARAM-
    0keh, masukan dh dr aku m0ga kdepanya lebih baek lage,
    tapi secara keseluruhan buagus bgt, alurnya pas, t0k0hnya jugag jelas, pendalaman karakternya 0ke, begr0nd suasananya dapet, penghayatanya bagus *napa jadi k0mentat0r*
    hahaha. . .
    sukses teruz deh buat vie-three
    apa g kpikiran buat n0pel?
    kal0 iya aku siap bantu,
    bantu ngumpulin uang mksdnya!
    at0 mau dbikinin c0vernya! b0leh,
    hehehe. . . .
    ntar k0misinya kan lumayan,
    pikirin deh vid,
    0keh,
    kesel ah k0men e duw0w0,

    ReplyDelete
  6. waw.. keren jg nih crtanya..
    beneran nggak nih??
    tp lmyn keren kok..

    ReplyDelete
  7. Ini posting apa novel ya? Puanjang bener? Hehe, jujur aja aku baru baca setengahnya,hehehe

    ReplyDelete
  8. waduh ternyata jago cerpen juga inih jeng vivit, ayo tetap berkarya

    ReplyDelete
  9. cuma bisa diem!!!! papa kamu bijaksana yah, tapi aku tidak se intim itu dengan bapakku, dia pemberang cenderung kasar, tapi dia tetap bapakku, mamamu berlaku seperti itukarena mungkin dia pengen yang terbaik buat kamu, setidaknya ocehan tetangga sudah sedikit banyak mempengaruhinya sehingga wajar mungkin kalau dia khawatir, dan menganggap pekerjaan sebagai penyanyi kafe Nothing, padahal aku pengen loh jadi penyayi, suaraku gak jelek2 amat, dibanding ruben onsu dan olga syaputra mendingan gue kemana2, pacar, kisahnya sinetron banget, dan ternyata ada toh yang seperti itu. jadi inget waktu beberapa bulan lalu pacaran sama seseorang dan setelah putus dia bialng kalau selama ini gak pernah tulus sayang dan cinta sama aku, dari semua cara yang dia lakukan untuk membuat aku benci sama dia cuma cara itu yang paling mujarab, sia2 rasanya aku serahkan hatiku bulat2 untuk dia. dumb!!! jadi sekarang kamu di singapura?

    ReplyDelete
  10. @Linda belle: iya teh, teteh yg petromax niy... hehehehe

    @Sang cerpenis: ho'oh mbak, aq akan semangat terus niy....

    @El-afiq: ini mah bukan fakta tp sekedar cerita fiksi doank kok.

    @^^haqie: hyak ampyuuuunnnn nak, sabar nak. iya2 besok klu aq berniat buat buku, km kuajak u/ngebuat covernya, hehehehehe

    @wildan Arief: tangkiyu, ini cuma cerita kok bukan beneran!

    @beat2ws: postingan ini adalah cerita, ya bisa dibilang novel jugak, hehehehe

    @aprie: panjang lah namanya jugak cerita

    @JONK: seep dah jonk, dukunganmu akan membuatku terus berkarya. hehehehe

    @faizz: hey ini cuman cerita fiksi, bukan kenyataan. aku mah tetep dikota tercintaku surabaya. Singapura??? ntu cuman mimpi kali aq kesana. ke Jepang ajah masih angan-angan. hehehehe

    ReplyDelete
  11. btw...boleh ane sadur semua cerpen mamak vie_three ntar kita terbitin jadi buku ya hohoho...keren2...silakan di kembangkan lagi..

    ReplyDelete
  12. hebat mbak..
    tetep nulis cerpen yah~
    bakalan tak baca deh...

    ini versi singapura - sby.. jepang - sby nya belum nih...

    ReplyDelete
  13. sumpe gak pake booong, ceritanya seru banget

    itu novel or pengalaman pribadi?
    kapan2 kita ngamen bareng yu! nyanyiin lagu menunggu Ridho Rhoma :)

    ReplyDelete
  14. Vie..cerpenmu bagus banget
    menyentuh banget, itu kisah nyata ya?
    atau di ilhami dari kisah nyata,,
    ah bego diriku kan dari lagunya Pinkan Mambo ya..

    ayo donk buat cerpen lagi

    ReplyDelete
  15. so sweet...romantis bangat........

    ReplyDelete
  16. wah pengalaman yang sangat so sweet deh....
    lama kagak jumpa yah

    ReplyDelete
  17. Weleh2...ketipu aku...tak kiro cerita tentang sampeyan jew....(MALU MODE:ON)

    ternyata si "pemalezz" jago bikin cerpen....
    Dapet sumber cerpen baru neh selain mbak Fanny
    Asik..asik..asik....

    ReplyDelete
  18. mantaf cerpennya, heuheuheu...,,,

    kapan2 juga mo buat ah, hehehehehe

    ReplyDelete
  19. Huh...kirain aku tadi pas pertama baca kamu beneran ada di singapore Fit sekarang. Ternyata cuma fiksi to...

    Bagus juga nih ceritanya. Lebih panjangan dikit lagi bisa jadi novel nih. hahahaha

    keep writing...

    :D

    ReplyDelete
  20. Ohh itu maksudnya lagunya Pingkan ... hihihihi ...

    Kenapa Alexandria, kenapa gak alexandra ? lebih cathcy *halah, sok ngatur* :p

    Bagus ceritanya ... :)

    ReplyDelete
  21. widih.... panjanggggg...................bgttt....
    tp okel ah...

    oh iya ada Rahasia Senyum Monalisa dan 5 foto anehnya juga... lihat yak!!!

    ReplyDelete
  22. ceritanya wuooookeh....

    sepuluh jempol....

    ReplyDelete
  23. Hayaaaah si putri,datang singapore kok gk bilang2,kan boleh kita jalan2...haha...puinteeer adeku buat cerita..trs berkarya ya say..!

    ReplyDelete
  24. Bagus cerita na vie...

    ReplyDelete
  25. ninggalin koment aja ah, abis mo baca panjang bangettttttttttt hahahahahahaha :)

    ReplyDelete
  26. ih... bagus yah ..
    ternyata berbakat juga...
    hehe..
    ayo semangat!!!
    doakan yah aku lulus un
    amin

    ReplyDelete
  27. ihhhhhhhhh...sialan. kirain di singapur, ku tertipu banci ow..uowwww. kutertipu banci

    ReplyDelete
  28. waaaahhh...cerpennya bagus :)
    bisa jadi cerpenis nih mbak vie_three..

    ayo semengat nulis lagi..
    ditunggu karya beikutnya :)

    ReplyDelete
  29. bagus amat vie... teruskalah!! "bkn agnes lho"
    ada bakat jadi penulis hehehe..kali aja nanti kmu jadi penulis en keluarin novel kyk kambing jantan hmmm salut.. teruskanlah!

    ReplyDelete
  30. wahh.....
    vie suka bikin cerita yap....
    keren ceritanya...

    ReplyDelete
  31. ni True story apa Fiksi mba?? ceritanya puanjaaaaang....tapi asyik lho

    ReplyDelete
  32. cerpennya bagus mbak vie!! aku terharu bacanya..

    ReplyDelete
  33. wow..panjang banget...lom kelar bacanya.

    ReplyDelete
  34. wadow... ku kira kisahmu beneran

    udah sempat ngiri.. *oh nikmatnya tinggal si singapur* ^^

    ReplyDelete
  35. Wewww aku tersipu terpana...Gak bisa kata kata.Baca endingnya.

    ReplyDelete
  36. Hatrik lagi...Bakat betul tapi bukan pengalaman pribadi kan?Kok dalem banget

    ReplyDelete

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com