4 Jan 2016

Tiga Menit

2

Kita sudah terbiasa berjalan dalam hening, namun aku tahu hati kita saling berdialog.

Perjalanan dari pintu kelas ke pintu gerbang bisa ditempuh dalam waktu tiga menit. Za biasanya menghabiskan waktu tiga menit itu dengan menyenandungkan nada-nada dengan suara falsnya. Terkadang, ia bergumam sendiri tentang jadwalnya yang terlalu padat, atau dosen yang baru saja memberinya tugas. Di hari lain, bahkan Za tidak memikirkan apapun, ia hanya berjalan saja, ingin segera sampai ke pintu gerbang. Bagi Za, pintu gerbang adalah pintu keluar dari segala tekanan di dalam kampus.

Perjalanan dari pintu kelas ke pintu gerbang bisa ditempuh dalam waktu tiga menit. Kali ini Za melambatkan langkah kakinya. Ia ingin berlama-lama memandangi sosok yang berada di lapangan basket. Za tak lagi bersenandung, juga tak lagi ingin segera sampai di pintu gerbang. Baginya, sosok yang kini tengah mendrible bola basket itu adalah pemandangan yang bisa membuatnya lupa dari segala tekanan di dalam kampus.

Perjalanan dari pintu kelas ke pintu gerbang bisa ditempuh dalam waktu tiga menit. Kali ini Za bahkan tidak ingin melangkahkan kakinya. Ia ingin pintu gerbang lebih jauh lagi, sehingga ia bisa sangat lama menghabiskan waktunya berjalan dengan Ken, sosok yang akhir-akhir ini melambatkan langkah Za ke pintu gerbang.

Tidakkah kau ingin mengatakan sesuatu Za?

Tidakkah kau mendengarkan debaran dadaku Ken?

Katakan Za, waktu kita hanya tiga menit.

Dengarkan Ken, waktu kita hanya tiga menit.

Katakan sekarang juga Za, aku pasti menjawab iya, aku juga menyukaimu.

Cepat dengarkan Ken, debaran dadaku adalah bukti bahwa aku sangat menyukaimu.

Tanpa suara. Mereka berjalan beriringan dalam hening, melangkah ke pintu gerbang. Tidak ada satupun yang mendengar percakapan mereka, bahkan Ken maupun Za pun tidak. Mereka tetap bungkam, hingga langkah kaki mencapai finishnya. Pintu gerbang dengan persimpangan di depannya, membuat mereka mengambil langkah kaki yang berbeda, namun memeluk harapan yang sama bahwa esok mereka akan berjalan beriringan lagi meski hanya tiga menit.
***

Surabaya
11/12/2015-14:00
"Hanya dengan cara itu aku bisa merasa dekat denganmu"

Related Posts:

  • #Day1 : Kekasih Yang Didambakan Saya pernah sangat mendambakannya. Saat saya membaca tulisan 'Kekasih yang Didambakan', entah kenapa mata saya berkaca-kaca, semua memori berkeleb… Read More
  • Nona Kesepian #5 Kamu sudah tidak lagi hadir. Membiarkan Nona semakin kesepian, memeluk diri sendiri, menangis di ujung senja. Kamu sudah tidak lagi hadir. Membiark… Read More
  • Nona Kesepian #4 Ia menunggumu untuk melihat rumput yang bergoyang Apa kabar Tuan? Apakah harimu masih sesibuk hari kemarin? Apakah kali ini kamu sudah mencoba mel… Read More
  • Nona Kesepian #6 Ia tetaplah si Nona Kesepian, ada atau tidak adanya dirimu Tuan. Halo Tuan, sudah lama aku tidak melihatmu. Waktu itu kamu datang sekejap, aku men… Read More
  • #Day4: Kenangan Usang Pertemuan pertama dengan kenangan yang usang Khusus untuk tema hari ini sungguh membuat saya berpikir keras. Bukan karena saya bingung 'dia' yang … Read More

2 comments:

  1. Kalau tak sanggup bicara, kirimkan saja sepucuk surat melalui bapak pos. Hiuihihii

    ReplyDelete

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com