8 Jan 2016

Secarik Kertas

0

Suatu hari, kau akan membaca sebuah kejutan dari secarik kertas dengan tulisan 'aku menyukaimu'

Kembali Ken memperhatikan kegemaran Za yang suka menulis. Kali ini Za menulis di secarik nota yang baru saja diterima dari seorang pelayan. Ken tidak mengerti tentang kegemaran Za, ia hanya memperhatikan bagaimana bibir Za yang mengatup rapat, percikan sinar mata yang penuh riak kehidupan, tangan Za yang terus bergerak menorehkan tinta di secarik nota tersebut. Keindahan seperti inilah yang selalu membuat Ken merindu.

*
Za kembali menulis, kali ini ia menulis di secarik nota yang diterimanya dari seorang pelayan. Sebenarnya Za selalu membawa peralatannya, notes dan bolpoin. Namun Za lebih senang menulis pada tissue, nota, bill, bahkan di selembar struk. Za selalu merasa hidup ketika ia menorehkan tinta dan mengeluarkan setiap kata yang ada di otaknya. Kali ini pun sama, ia ingin menulis karena sumber inspirasinya ada di hadapannya saat ini, sedang duduk, mematung, memperhatikannya. Keindahan seperti itulah yang selalu membuat Za merindu.
*
"Apa ini?"
"Secarik kertas."
"Oh."
"Kenapa dibuang?"
"Hanya secarik kertas."
"Oke. Hanya secarik kertas."
"Apakah penting Za?"
"Entahlah."
"Kau tidak ingin menulis di kertas itu?"
"Tidak. Karena kertas itu sudah penuh dengan coretan."
"Apa kau perlu kertas lainnya?"
"Tidak perlu. Karena nanti ia akan bernasib sama dengan kertas tadi."
"Kenapa begitu?"
"Karena ia hanya secarik kertas."

Kau membuangnya Ken. Perasaanku, di secarik kertas itu.
***

Surabaya
12/12/2015-00:26
Terinspirasi dari pertanyaanmu saat kuserahkan sebuah kertas nota.

0 orang yang sudi mengomentari:

Post a Comment

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com