Catatan ini tak pernah kuhapus, meski aku sempat melupakannya. |
Dear Kekasih,
Ingatkah kau bagaimana Tuhan merencanakan pertemuan kita, dimana kita tidak saling mengenal satu sama lain dan kau menyapaku seakan aku adalah teman lamamu yang sudah lama tidak saling contact denganmu.
Ingatkah kau bagaimana perasaan malu itu menyelubungi kita, kau salah tingkah tak menentu sedangkan aku hanya tersenyum menatapmu.
Ingatkah kau bagaimana kisah selanjutnya setelah pertemuan itu?
Hai Kekasih,
Sedikitpun aku tak pernah melupakan kenangan itu, kenangan yang membuat hati kita bertaut.
Entahlah, apakah memang itu yang direncanakan Tuhan karena saat itu aku hanya berharap kepada Tuhan, "Kalau memang kau adalah orang yang salah bagiku, aku tidak ingin dipertemukan dengan yang benar."
Oh kekasihku,
Aku benar-benar ingin berterimakasih kepadamu, kau mau menemaniku disaat aku berada di titik terbawah kehidupanku, kau mau mendengarkan semua keluh kesahku disaat aku mulai merasakan ketidakadilan dunia.
Tapi ketahuilah, dimanapun kau berada dunia tak seindah bayangan kita.
Ketahuilah, bahwa kehidupan lebih kejam dari yang kita bayangkan.
Kau telah mengetahui akan hati ini dan aku pun mengetahui tentang hatimu, tapi hidup tidak hanya membutuhkan perasaan kita saja.
Meski telah kita ungkapkan kepada dunia bahwa kita tidak akan menyerah pada permasalahan hidup, tapi kenyataan itu lebih nyata daripada imajinasi kita.
Mengertilah, hanya dengan perasaan dua orang saja tak akan mampu melawan dunia.
Sadarilah kekasih, perasaan ini terlalu rapuh. Sadarilah itu, perjalanan panjang telah membuat perasaan yang rapuh menjadi semakin rapuh.
Dan kini, aku mohon dengarlah ungkapan hatiku.
Bersabarlah ketika aku mulai cerewet.
Tersenyumlah ketika aku mulai cemberut.
Diamlah ketika aku mulai marah.
Lihatlah padaku ketika aku mulai berdiam diri.
Jangan pernah menghakimiku dan menyuruhku untuk memilih karena aku akan memilih yang terburuk ketika kau memaksaku.
Jangan pernah mendiamkan diriku karena aku tak bisa menyuruh berhenti semua pemikiran negatif yang bersarang pada pemikiranku.
Aku mohon, jangan menyuruhku menjadi seperti yang kau inginkan tapi jadilah pelengkap dalam kehidupanku.
PS : Entahlah, apakah yang mendorongku untuk menulis sebuah tulisan galau seperti ini. Bffff@#$%^&
hmmm... yang lagi butuh pengertian...semoga dia menyadari...
ReplyDeleteseperti ungkapan perasaanku buat suamiku :)
ReplyDeleteada yang galauuuu tuipsss
ReplyDeletekaboorrr
kayaknya nyang punya blog lagi terkena pirus galawlady nih...xixixi...
ReplyDeletesindrom galaukoma ya,, salam blogger
ReplyDeletelagi musim galau :D ... hehe
ReplyDeletebagus juga nie blogg..
ReplyDeletecerita yang menarik
ReplyDeletewah, jadi ingat mantan
ReplyDeletekarena pemilik blog ini menganut motto "Banyak makan itu sehat". ^^
ReplyDeletewkwkwkwk, sama motto kita..
:D
nice post ..
ReplyDeleteaku banget nih hhe
Menyedihkan skligus tragis..
ReplyDeleteSalam hangat