25 Jan 2016

Nona Kesepian #2

1

Tetaplah berdiri didepanku, membelakangi dan jangan menoleh.

Hei kamu yang ada disana. Iya, kamu yang lagi berdiri dengan pongahnya, si Tuan Besar yang merasa dunianya selalu benar, si Tuan Besar yang dunianya tak pernah sepi, si Tuan Besar yang tidak menyadari telah menjatuhkan hati Nona hingga berkeping-keping, si Tuan Besar yang kemudian memilih pergi setelah itu. Tidak sadarkah kamu Tuan, ada wanita yang menunggumu disini, menunggu kamu berjalan ke arahnya, tapi nyatanya kedua kakimu seakan tertancap erat disitu, di tempatmu berdiri sekarang.

Sekarang coba kamu ingat, sekali saja paksa otak kosongmu itu untuk mengingat sesuatu. Adakah wanita yang rela menunggumu lebih lama daripada Nona? Adakah wanita yang mendahulukan kepentinganmu diatas kepentingan pribadinya? Adakah wanita yang dengan keras kepalanya menyimpan duri rindu di hatinya? Adakah wanita yang selalu meluangkan waktunya untukmu? Adakah wanita yang rela disebut bodoh demi menjaga perasaannya kepadamu? Coba ingat sekali lagi Tuan, adakah wanita yang mencintaimu sedalam itu? Jika ada, tunjukkan padaku sekarang juga.

Hei kamu yang sedang tertawa dengan wanita lain. Iya, kamu yang dengan pongahnya tidak melihatku. Masihkah kamu tidak menyadarinya? Nona yang disebut sebagai wanita pandai justru menjadi wanita terbodoh saat mencintaimu. Nona yang selalu melahap habis segala macam ilmu pengetahuan, buku, dan ilmu perhitungan justru malah bertekuk lutut pasrah pada perasaan. Nona yang selalu memahami dirinya sendiri justru semakin tidak mengerti dengan perasaan itu. Lalu kamu masih saja dengan congkaknya berdiri, membelakanginya, tertawa dengan duniamu yang ramai itu.

Hei, kamu. Iya, kamu Tuan Besar yang kosong otaknya. Jangan lagi-lagi menolehkan wajah itu kepada Nona atau bahkan menatap mata Nona. Sungguh, ia takkan bisa menolak segala permintaanmu meskipun itu harus menyebabkan Nona berdiri menunggu selama berhari-hari.

Jadi, aku mohon kepadamu Tuan yang baik hatinya, tetaplah berdiri disana membelakangi Nona dan jangan menoleh. Kamu tidak ingin kan kehilangan wanita bodoh yang bisa kau suruh-suruh seenak jidatmu?
***

Surabaya
27/10/2015-15:24

Related Posts:

  • Nona Kesepian #6 Ia tetaplah si Nona Kesepian, ada atau tidak adanya dirimu Tuan. Halo Tuan, sudah lama aku tidak melihatmu. Waktu itu kamu datang sekejap, aku men… Read More
  • Nona Kesepian #7 Ia masih tetap si nona kesepian. Hanya saja kali ini ia tak lagi punya tujuan. Akan kemana ia senin nanti? Akan bagaimana kopi yang ia seduh? Ak… Read More
  • Nona Kesepian #2 Tetaplah berdiri didepanku, membelakangi dan jangan menoleh. Hei kamu yang ada disana. Iya, kamu yang lagi berdiri dengan pongahnya, si Tuan Bes… Read More
  • Nona Kesepian #3 Kopi itu untukmu, bukan kopi pahit. Manisnya berasal dari kerinduan yang menumpuk. Hai Tuan Besar yang suka tertawa. Sudahkah kamu bercerita perih… Read More
  • Nona Kesepian #4 Ia menunggumu untuk melihat rumput yang bergoyang Apa kabar Tuan? Apakah harimu masih sesibuk hari kemarin? Apakah kali ini kamu sudah mencoba mel… Read More

1 comment:

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com