Hatiku tak lagi mempedulikannya |
Entah akan kau sebut apa Dia, aku tak peduli. Pria atau wanita, aku sudah tidak peduli. Karena aku tak ingin peduli lagi. Siapa Dia, Bagaimana Dia, Dimana Dia, Mengapa Dia. Aku tak ingin peduli. Namun, sekeras apapun aku tidak ingin mempedulikannya. Dia, selalu menemukan jalan menuju ke hatiku. Seteguh apapun aku tidak ingin mempedulikannya. Dia, selalu punya cara untuk menarik perhatianku lagi, kemudian aku peduli lagi. Begitulah dia.
Jangan terlalu mempercayai janji yang dia ucapkan, karena aku yakin kamu akan begitu mudahnya berharap. Untuk kemudian kamu akan membakar harapan itu menjadi abu. Jangan terlalu bahagia jika dia memperhatikanmu, karena kamu tidak tahu ada berapa kamu yang dia perhatikan. Untuk kemudian kamu akan tergugu dalam diam. Mematikan semua perasaan yang terpercik indah sebelumnya.
Aku? Tentu saja aku tahu. Bukan karena aku adalah korban, tapi aku tahu saja. Mengamatinya, melihatnya, memperhatikannya. Hingga tanpa sadar dia berubah menjadi semesta di dalam hatiku. Hingga tanpa sadar duniaku berporos padanya. Pada dia, yang tak pernah bisa aku jangkau. Untuk kemudian aku kembali memeluk diri sendiri, memandangi semesta dari kejauhan.
Jika kamu menganggap ini hanya cinta bertepuk sebelah tangan, kamu salah. Perasaan yang aku rasakan bukan lagi cinta, ataupun rasa suka. Aku sudah tidak ingin peduli kepadanya. Semesta yang dijanjikannya hanyalah dunia yang gersang, tak ada rumput, tak ada ilalang, angin pun tiada. Semua yang dikatakannya hanya kosong, dan aku tidak ingin lagi peduli. Jika Bulan setia kepada Bumi, maka aku hanyalah Bintang Jatuh. Aku hanyalah salah satu penghias di langit semestanya.
Dia. Entah akan kau sebut apa dia. Aku sungguh tidak peduli. Apapun tentangnya, aku tak ingin peduli lagi.
*
Surabaya24/12/2015-21:41
0 orang yang sudi mengomentari:
Post a Comment