Aku telah berjanji untuk tidak lagi berharap. |
Sudah bukan rahasia lagi jika seorang wanita selalu baper, termasuk aku yang berjenis kelamin wanita.
"Tulislah sebuah hal yang kamu berjanji tidak akan mengulanginya kembali."
Sebuah hal, entahlah apakah yang akan aku ceritakan ini termasuk dalam sebuah hal. Harapan, sebuah kata yang sering membuatku tersesat. Ketika aku bersamamu, aku menyimpul harapan detik demi detik. Terus menyimpul hingga aku yakin kamu adalah takdirku, hingga aku yakin harapanku sampai ke masa depan. Namun, dengan kurang ajarnya kamu memotong simpulan harapanku. Harapanku kandas, harapan yang selalu aku simpul tiap waktu, harapan yang aku yakini hingga ke masa depan. Hanya dalam hitungan detik semuanya hancur sudah. Hatiku remuk, harapanku terlepas entah kemana. Aku terjatuh hingga ke dasar jurang.
Lalu dia datang menghadirkan tawa saat hatiku remuk redam. Dari kejauhan aku melihat cahaya terang menyilaukan, harapan. Aku mulai berharap. Awalnya harapan itu hanya sebesar kuaci, namun seiring waktu ia membesar, membentuk cahaya terang. Aku meyakini hatiku bangkit dari kejatuhannya di jurang terjal karena seseorang di masa dulu. Tiap tawanya aku merangkak naik ke atas jurang, aku kembali merajut harap. Terus merajut hingga aku sampai ke atas. Kemudian tiba-tiba dia membuang rajutan harapanku ke jurang, tanpa aba-aba, tanpa aku memberi penjelasan. Semudah orang dulu memotong simpulan harapanku, semudah orang dulu menjatuhkanku ke dasar jurang. Dia membuangnya sembari tertawa, aku menangis, harapanku jatuh ke dasar jurang. Sekali lagi hatiku remuk. Dia pergi membawa tawanya tanpa menoleh lagi ke arahku, aku tersungkur, meratapi harapanku yang berada di dasar jurang.
Kini, aku tak peduli lagi. Seseorang yang lain pernah datang, namun aku berjanji tak akan lagi merajut harapan. Aku membiarkannya saja. Aku tak ingin lagi merasakan kesedihan itu. Hatiku telah penuh lebam biru bekas remuk karena pernah merajut harapan. Cukup sudah yang pernah terjadi, aku tak akan lagi tersesat karena sebuah harapan. Aku telah berjanji tak akan lagi mengulang hal yang sama, tak lagi menguntai harapan, tak lagi merajut harap, tak lagi menyimpul harapan.
Aku tak peduli meski dikata "Tidak Peka", aku tak lagi peduli meski dianggap "Tidak tahu dikode." Aku tak mau lagi berharap. Biarlah harapan itu tetap di tempat terakhirnya, yaitu di dasar jurang.
PS: tulisan ini diikutsertakan pada event #10Days Writing Challenge yang diadakan oleh Kampus Fiksi.
0 orang yang sudi mengomentari:
Post a Comment