Pernikahan Muda

Semua berawal kemaren, saat aku enak-enaknya mau beli cemilan eh ada tetanggaku yang nyapa aku sambil ngomong gini, "Waduh fitri udah gede niy, tapi kalah sama Salma.... Kapan fit kayak Salma udah berbadan dua tuch, Salma ajah masih kecil tapi udah berani." *Glodak* Apa-apaan tuch tetangga reseh.

Oke, emang Salma sama aku lebih tuaan aku. Eh maksudku, aku masih berumur 19 dan mau menginjakkan kaki ke umur 20 sedangkan Salma kira-kira umurnya 15 tahunan. Tapi cewek yang berumur 15 tahun itu sudah berbadan dua, Harap dipahami!!! Berbadan dua!!! Kalau perlu dipertebal biar jelas, Berbadan dua. Sedangkan aku masih belum memikirkan apapun tentang hal-hal seperti itu.

Hyak ampyun..... pentingkah hal itu?! Ya maksudku disaat sekarang ini aku masih belum terpikirkan bahkan aku masih ingin sekolah lagi, jadi ya pentingkah hal itu untuk saat sekarang ini?!

Sebel banget dengar ocehan tetanggaku kemaren. Tapi terkadang aku mikir juga, dia yang masih berumur 15 tahun ajah udah berani berpikir untuk menjalani rumahtangga yang menurutku sangat rumit, dan umurnya masih dibawah umurku.

Bahkan masih ada lagi tetanggaku yang masih berumur 16 tahun tapi udah punya bayi yang berumur 7 bulan, tiap pagi dia menggendongnya. Tahukah kalian, aku merasa melihat 'anak menggendong anak'. Mereka itu masih kecil-kecil tapi kok sudah nekat menjalani hal seperti itu. Benar-benar pemikiran yang aneh.

Pernikahan di usia dini, memang sech ada yang bilang itu bagus. Tapi menurutku pernikahan di usia dini sangat tidak baik bagi kehidupan rumah tangga mereka kelak. Bayangkan, usia mereka masih kecil-kecil gitu tapi sudah dituntut untuk menjadi ibu sekaligus istri. Pemikiran mereka masih belum matang.

Oke, mungkin mereka berpikir daripada berzina mending langsung nikah. Tapi kan itu hanya alasan yang melegalkan perzinahan. Bukankah sudah ditentukan usia yang pas bagi yang menikah. Kenapa sekarang malah marak sekali usia dibawah umur yang sudah menikah. Apakah mereka kira pernikahan itu suatu hal yang patut dipermainkan. Apalagi semua teman-temanku banyak sekali yang menikah, dan tidak sedikit undangan yang mampir ke rumahku.

Apakah mereka pikir menikah itu indah, hanya berbekal cinta tanpa ada pemikiran yang dewasa. "Makan tuch cinta?!"

Tapi jujur ajah kadang aku kepikiran juga, kapan ya aku menikah?! hehehehe. Ya itu lumrah, tapi yang jelas bukan sekarang atau dalam waktu dekat hal itu terjadi. Belanda masih jauh.....

Dengan menikah bukan meringankan beban tapi malah akan menambah beban, kita harus dituntut untuk berpikir dewasa dan gak egois. Dengan pacaran ajah aku sudah merasakan, aku yang biasanya memikirkan diri sendiri sekarnag malah harus memikirkan hal lain lagi. Aku yang biasanya egois, sekarang dituntut untuk bisa ngertiin orang lain. Dalam diri ini serasa ada orang lain, yang biasanya hanya 1 orang kini malah 2 orang. Berat rasanya, lah kalau nikah terus sudah punya anak, apakah itu bukannya malah menambah berat. Kalau menambah berat badan sech mudah menurunkannya, tinggal diet selesai dech.

Tapi juga aku merasa anak-anak kecil yang dibawah umur yang sudah nekat memutuskan untuk menikah diusia mereka yang masih kecil itu adalah anak yang tangguh, kadang aku merasa salut sama mereka. Aku ajah kadang masih uring-uringan sama my koibito *alias pacar*, dan kadang masih bersikap egois dan gak mau bisa ngertiin dia. Eh mereka malah kelihatan senang dengan pilihan mereka menikah dengan orang yang mungkin pilihan orangtua *aku juga gak tau*.

Dihati yang terdalam aku salut dengan kenekatan mereka, tapi dilogika yang terdalam aku hanya bisa geleng-geleng kepala dengan keputusan mereka itu.