@@@@@
“Peri Bumi, apa gerangan yang membawamu kemari.”
Ia terlonjak kaget mendengar suara yang menyapanya, ia mulai menghela napas ketika ia menyadari pemilik suara itu.
“Aku sedang mencari Peri Hujan.” ia menoleh kanan dan kiri. “Tapi sepertinya dia tidak ada disini.” Lanjutnya lagi sambil menatap Peri Matahari.
“Dia memang tidak ada disini, seharian ini aku tidak melihatnya. Apa ada perlu dengan Peri Hujan, mungkin aku bisa menyampaikannya nanti bila bertemu dengan dia?”
“Oh.” Ia terlihat kecewa. “Padahal aku membutuhkannya.” Ujarnya sambil melamun.
@@@@@
Malam telah datang, tapi ia masih tetap melihat hujan yang terus-terusan mengguyur buminya. Ia duduk diatas awan, ia melihat sekelilingnya yang sudah gelap. Masih teringat jelas kata-kata Peri Matahari tadi bahwa Peri Hujan berkemungkinan berada di awan.
Ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, tubuhnya semakin menggigil karena hawa dingin yang semakin erat memeluk tubuhnya. Ia bangkit dan akan pergi turun ke buminya lagi ketika tak sengaja sudut matanya melihat sesosok bayangan di seberangnya. Tanpa berpikir panjang, ia langsung melesat ke tempat bayangan itu.
“Berhentilah menangis.” Ucapnya sambil duduk disebelah Peri Hujan.
“Kau tak mengerti apa yang aku rasakan.”
“Ya, tapi aku merasakan tangismu. Hanya aku yang bisa merasakan tangismu, kau tahu.”
“Aku tak butuh hiburanmu.”
“Ah, aku tidak menghiburmu, aku hanya ingin kau menghentikan tangismu itu. Lihatlah, aku sudah kedinginan dan bumiku telah banjir karena tangismu yang tak kunjung berhenti itu.”
Keadaan hening sesaat, ia tahu usahanya akan sia-sia.
“Aku ingin melihat pelangi.” Ucapnya sambil memandang jauh kedepan.
“Bagaimana bisa kau melihat pelangi dimalam yang gelap seperti ini?”
“Kalau begitu, hentikan tangismu.” Ia menatap kedalam mata Peri Hujan lekat-lekat, ia sendiri meragukan keyakinannya yang bisa melihat pelangi dimalam hari. Ia jelas-jelas telah mengetahui pelangi akan muncul karena terjadinya pembiasan cahaya matahari, tapi kalau malam seperti ini apakah mungkin pelangi akan muncul.
“Baiklah, tapi bukan berarti aku menuruti permintaanmu.”
@@@@@
Seharian ini telah ia habiskan waktunya untuk melamun, ia masih tak percaya dengan perkataan Peri Hujan semalam yang menginginkan ia berada disisinya. Ia memandang langit untuk kesekian kalinya, ditariknya napasnya dalam-dalam dan dihembuskannya perlahan.
“Aku merindukanmu.” Ujarnya sambil merentangkan tangannya dan mengangkat kepalanya menghadap ke langit, sedetik kemudian ia merasakan tetesan-tetesan kecil yang jatuh kewajahnya. Ia membuka matanya lalu kemudian tersenyum melihat hujan telah turun.
@@@SELESAI@@@
Hemmm... peri rasa hatiku hahahaha....
ReplyDeleteGimana vit khabarnya :)
Terakhir kali saya datang kesini, layoutnya juga seperti ini ... SIp!!
ReplyDelete“Ah, aku tidak menghiburmu, aku hanya ingin kau menghentikan tangismu itu. Lihatlah, aku sudah kedinginan dan bumiku telah banjir karena tangismu yang tak kunjung berhenti itu.”
I like it ..
akh si vie three kayak mocca chie nih. nulis kisah peri mulu. hehehe..btw, buku pesananmu udah kubooking ya. tks lho
ReplyDeleteterakhr datang ksini saya gak inget kapan!
ReplyDeletetapi ada satu pelangi... yaitu pelangi dimatamu!
Whahaha..salut lho, kalau cerita ttg peri begini saya belum bisa bermain di dunia peri..
ReplyDeleteaku sangat suka sekali cerita peri-peri :D hohohoho
ReplyDeleteTerkadang, yg diinginkan sebenarnya tak dibutuhkan, sedangkan yg dibutuhkan tak bisa dimiliki. Tapi Tuhan, tahu apa yg terbaik.
ReplyDelete