Saya bangga dengan diri saya yang mereka remehkan. |
Memasuki hari ke-6, Oh Tuhaaann..... semakin berat saja pertanyaannya. Ceritakan hal dimana kamu pernah membanggakan sesuatu sementara orang lain justru meremehkan. Meremehkan, saya tersenyum sekilas membaca kata itu. Meremehkan adalah salah satu makanan sehari-hari di hidup saya, diremehkan adalah salah satu motivasi saya menjadi lebih baik. Ya... saya kerap diremehkan, mereka kerap meremehkan saya. Dalam hal apapun itu.
Saya yang termasuk cadel diremehkan tak bisa berbicara dengan benar, saya selalu direpotkan kala lawan bicara saya mulai mengerutkan kening. Bahkan saya pernah dikatain "Jangan bicara deh, lahwong nyebut nama sendiri aja gak bisa gitu." Ahaha tapi saya bangga, semua peremehan itu tidak bisa membungkam mulut saya. Saya tetap berbicara, tidak peduli dengan semua cibiran mereka.
Saya yang juga tidak gemar berdandan kerap diremehkan sebagai wanita jadi-jadian. Sesungging senyum saya lontarkan mengingat hal ini. Kenapa wanita harus berdandan? Dulu pertanyaan itu terus berputar dalam otak saya. Saya yang waktu itu lebih suka dengan celana dan kaos oblong, rambut keriting yang selalu saya kuncir kuda, dan berkacamata minus. Dengan body saya yang tidak langsing, mereka berkata "Cewek itu gak ada cantik-cantiknya." "Mana bisa dia dapat pekerjaan yang layak, lihat saja anaknya si anu, bandingkan saja jauuuh sekali. Sudah cantik, kerja di bank pula." "Bodoh sekali si fitri, tidak bisa dandan, mana ada laki-laki yang mau sama dia." Ah mengingat kalimat-kalimat itu membuat saya sadar bahwa dimanapun kita berada selalu saja ada segelintir manusia yang suka meremehkan. Setidaknya saya bangga, karena dengan saya yang seperti itu saya tidak seperti anaknya si anu itu yang menikah tanpa rencana dengan berbadan dua.
Lalu, apakah saya tidak marah? Buat apa? Biarkan saja mereka meremehkan, biarkan saja saya diremehkan. Dengan begitu saya bisa termotivasi. Dari semua cibiran mereka, saya bisa sampai di tangga kehidupan saya yang sekarang. Lantas apakah mereka akan berhenti meremehkan? Tentu saja tidak. Saya yang sekarang sudah menyandang gelar di belakang nama pun masih saja diremehkan.
"Lihatlah si itu, sudah jadi S1 tapi belum bekerja."
"Untuk apa sekolah tinggi-tinggi, toh nanti juga tempatnya di dapur."
"Iya kalau di dapur, lihat saja sampai sekarang umurnya hampir 30 aja masih belum menikah."
"Eh mana pernah sih dia pacaran."
"Gak laku."
"Ih amit-amit jabang bayi."
Yaa... seperti itulah. Ah itu kali dirimu yang baperan fit? Saya pernah mendengarnya, dengan kedua telinga saya yang masih normal, di hadapan saya secara langsung. Tentu saja saya langsung baper, berpikir ini dan itu. Tapi dari semua peremehan itu, saya menyadari satu hal. Jika mereka memandang saya dengan salah satu mata tertutup, meremehkan saya dengan melihat saya memakai sebelah mata tertutup itu. Saya melihat semuanya menggunakan sebelah mata terbuka. Sudut pandang yang berbeda. Bagaimana saya bisa membanggakan diri jika saya sendiri melihat diri saya dengan menggunakan sebelah mata yang tertutup. Cukup mereka saja yang melihat semua tentang diri saya dengan pandangan sebelah mata tertutup. Saya tidak. Saya melihat diri saya sendiri dengan menggunakan sebelah mata yang satunya, yang terbuka. Saya bangga dengan semua hal yang mereka remehkan tentang saya.
PS: tulisan ini diikutsertakan pada event #10Days Writing Challenge yang diadakan oleh Kampus Fiksi.
waahh.. keren sekali... iya kadang orang-orang itu bisanya hanya mencibir dan memandang sebelah mata..
ReplyDeletecewek memang susah jauh2 dari yang namanya baper fit :D hahahha aku jugaa
ReplyDelete