Saat ini aku pengin sekali menceritakan pengalaman kerja pertamaku di sebuah perusahan yang bergerak di bidang distribusi, awalnya aku kagak tau apa itu distribusi dan disinilah aku hampir mengetahui seluk beluk dunia pekerjaan. Aku bekerja disini selama 7 bulan dan itu sudah cukup bagiku untuk merasakan pahit getir dan manisnya kehidupan sebagai anak ngekost dan juga bekerja. Ingat!! ini bukan cerita pendek yang fiksi tapi ini fakta dan sudah aku alami, aku buat bersambung karena emang panjang ceritanya. Tapi tenang ajah bersambungnya cuma sampai part 3 kok.
Oke langsung ajah cerita dimulai dengan tokoh utama seorang cewek yang telah menyelesaikan studynya sebagai anak SMK dan telah mendapatkan ijasah dengan nilai yang memuaskan keluarga dan orangtua, tapi ditengh kebahagiaannya kemelut terjadi. Si cewek itu tidak bisa melanjutkan studynya untuk bisa lebih tinggi lagi yaitu ke perguruan tinggi dikarenakan tabungan yang sudah dipersiapkan telah habis untuk keperluan keluarga sehari-hari. Sedangkan teman-temannya sedang sibuk mempersiapkan diri untuk memasuki jalur sebagai seorang Mahasiswa. Yupz, tokoh si cewek itu tidak lain dan tidak bukan adalah saya.
Setelah saya mendapatkan status sebagai Lulusan suatu sekolah SMK negeri terkemuka di Kota kelahiran Surabaya ini, saya tidak ngapa-ngapain alias menjadi pengangguran selama 3 bulan. Disaat itu pula teman-teman saya sedang sibuk-sibuknya mengurusi ini-itu agar bisa masuk ke perguruan tinggi yang diidam-idamkan bahkan juga yang saya idam-idamkan. Jadi teringat dulu pas kelas 1 SMK disaat Guru PPL di sekolah saya mengajar :
Saya : ibu ini dari UNESA yak??
guru PPL : Iya, kenapa???
Saya : gak pa-pa buk, UNESA itu bagus ya buk? Disana jurusannya apa ajah??
guru PPL : UNESA itu ada dua kampus disini, jurusannya macam-macam. Nah fitri lebih suka apa loh??? Fitri mau kuliah di UNESA jugak???
Saya : Kagak tau buk, besok kuliah dimana. Kalau fitri sih lebih suka pelajaran jepang, katanya di Unesa ada ya buk???
guru PPL : Ada fit, sastra jepang.
Saya : nah terus kalau kuliah di UNESA mesti jadi guru kayak ibuk yak??
guru PPL : *sambil tersenyum* gak tentu fit.
Saya : biar bisa masuk kesana itu pake test ya buk?
guru PPL : *udah mulai jenuh* yang jelas fitri harus giat belajar.
Saya : okeh dech buk, aku pengen kuliah di ITATS ajah dech *dengan semangat 45*
guru PPL : iya, yang pinter.
Selama 3 bulan mengurung diri dan meratapi sialnya diriku yang ternyata tidak bisa mewujudkan mimpi disaat aku masih kelas 1 itu. Dan 3 bulan pun berlalu dengan sia-sia, teman-teman pun mulai bercerita gimana serunya mendaftar dan tetek bengek lainnya. Aku hanya bisa pasrah dan makin merenungi nasib. Orangtua pun merasa bersalah dan hanya diam meratapi kesalahan mereka. Tapi vie_three yang dikenal masyarakat bukanlah vie_three yang seperti itu yang hanya tinggal diam merenungi nasib.
Akhirnya kebangkitan pun tiba, dengan berbekal ijasah yang mengukir nilai-nilai yang sangat memuaskan itu saya mencoba untuk bangkit. Setiap hari mantengin koran Jawa Pos dan membaca setiap lowongan yang ada tanpa ada yang terlewati, sang ibu pun mulai merekah senyumnya melihat anak gadis satu-satunya udah mau menerima keadaan.
Berhari-hari telah kulewati dengan tumpukan kertas fotokopian ijasah, fotokopian KTP, SKCK, Surat Lamaran, koran, dan bermacam-macam kertas lainnya. Sedikit rasa kecewa pun dan putus asa mulai menjalar disaat banyaknya Lamaran yang sudah dikirim dan ternyata tak ada satupun panggilan yang ada. "Tenang fit, ya begitu itu susahnya kalau cari pekerjaan. yang jelas kesabaran sangat diuji." ucap sang kakak memberi semangat.
Namun tetangga-tetangga yang sudah sirik melihat diriku telah lama menganggur mulai menggosip ria. "Iya itu loh si anaknya Pak itu loh dari mulai lulus sekolah belum kerja sama sekali, males bener. Lontang-lantung gak karuan." Tetangga yang dekat dengan keluarga bahkan dengan terang-terangan mengatakan dihadapanku yang sedang sibuk dengan surat-surat lamran, "wes toh pit, gak usah terburu-buru nglamar kerjaan. Cewek itu gampang, palingan entar nikah juga tempatnya di dapur. Wes toh, kamu tinggal nunggu lamaran yang datang untuk kamu ajah." Mendengar itu aku sakit, tapi apa daya aku tidak bisa berkata-apapun, aku belum bisa membuktikan bahwa aku tidka seperti yang mereka omongkan. Semangatpun mulai berkobar lagi.
Kali ini aku mulai melamar kerja ditempat yang sedikit labih jauh dari kampung tempat tinggalku, masih di Kota Surabaya tapi lebih ke tengah kota. Dengan diantar kakak aku mencoba memberikan lamaranku dikantor yang tidak begitu besar ini. "Mbak, tunggu panggilan dari kami ya." Kata-kata yang sudah tidak begitu asing lagi bagi telingaku.
Berminggu-minggu kulewati dengan malas dan masih tetap berkutat dengan koran-koran Jawa Pos. "Sabar nduk, pasti ada jalannya kok." ucapan ibuku bagai air es yang mengalir di tanah yang gersang. Dan akhirnya dengan sedikit kesabaran yang aku punya, panggilan oertama pun mulai. Di suatu perusahaan konveksi, dan aku tidak begitu meyukai karena ternyata aku dituntut untuk menjualkan barang-barang produksi mereka. "Kalau emang kamu gak suka ya gak pa-pa, gak usah dipaksa." Terenyuh hatiku mendengar ucapan ibuku yang dengan sabarnya mengurus anaknya yang sangat manja ini.
Panggilan demi panggilan aku jalani, 1-2 hari aku lakoni tapi gak ada yang bisa membuatku betah karena berbagai alasan yang ada. Tapi diakhir minggu yang terjadi. "Aku dipanggil lagi dikantor yang pas mas Arip nganterin itu loh." ucapku meminta ijin ke ibu entah untuk keberapa kalinya kulakukan saat panggilan demi panggilan itu terjadi. "Yawes dianterin masmu loh."
Gak tau kenapa, dipanggilan satu ini aku sedikit bersemangat dan tidak gugup lagi. Mungkin karena aku sudah berpengalaman dalam hal panggilan pekerjaan karena seringnya diriku merasakan panggilan pekerjaan. "Ditunggin apa ditinggal??" tanya masku diluar kantor itu. "Aku masih takut mas, ditungguin ajah dech, ntar kalau langsung kerja aku sms kok." kataku akhirnya.
Memasuki kantor itu, disambutlah diriku dengan resepsionis yang murah senyum. "Isi formulir ini dulu ya mbak?" Untung aku udah mempersiapkan semuanya, kulihat sekeliling dan terlihatlah sebangsa diriku disana sedang duduk menekuni kertas formulir yang sama denganku. "Ternyata gak hanya diriku saja." batinku dan tersenyumlah aku karena ternyata aku ada temannya walaupun yang ada cuman 4 cowok dengan berpakaian hitam-putih khas anak yang sedang melamar pekerjaan.
Selama mengisi formulir kudengar suara musik dan teriak-teriak, dalam batinku berkata. "Perusahaan apakah ini?". "mbak, mas sekalian silahkan masuk ruangan disana." ucap resepsionis menyadarkan diriku bahwa saat ini aku akan melaksanakan ritual wawancara dengan sang manajer atau mungkin staff HRD. Takjub diriku saat kulihat sesosok wanita muda dengan rambut lurus panjang duduk di belakang meja dengan tulisan di meja "Manajer". 'manajer yang cantik dan muda' pikirku saat itu.
"Selamat pagi semuanya." sapa sang manajer dengan senyum mengembang memperlihatkan gigi-giginya yang tertata rapi. "Buat semuanya hari ini dipanggil kesini...... blabla.... bla.... bla...." aku sudah tidak terlalu memperhatikan omongan sang manajer. Yang aku perhatikan hanyalah kewibawaannya yang sudah terlihat diusianya yang masih muda, ya kelihatannya umur wanita ini masih sekitaran 24 atau 25 tahunan, tapi dia seorang manajer. Manajer yang cantik, inikah sosok wanita karier, banyak pikiran melayang dalam otakku. "Jadi hari ini kalian akan melakukan observasi, tahukan artinya observasi. Kalian hanya akan mengamati apa yang dilakukan oleh konsultan kalian. Kalian tidak bekerja tapi hanya akan mengamati, dan semua biaya kalian hari ini makan dan minum sudah ditanggung oleh kami." Terdengar lagi suara itu, observasi katanya??? terkumpullah pertanyaan dibenakku, observasi untuk apa? dan siapakah konsultan? Bukannya konsultan hanya ada dalam dunia pengacara saja??? Tanpa kumengerti aku mengikuti alur yang ada. Dan begonya diriku, aku teringat akan kakakku yang sudah menunggu diluar.
"Mbak Fitri, saya konsultan anda. Perkenalkan nama saya Putra, siapa nama saya?" tanya sang konsultan tapi karena pikiranku sedang menuju ke kakakku yang sudah kasihan menungguku jadinya aku gak ngeh dengan pertanyaannya. "Gak tau...." ucapku akhirnya dengan menggelengkan kepala. Untung saja si konsultan itu gak marah dan hanya tersenyum, "Nama saya Ptra. Mbak fitri orang Surabaya ya?" Kuanggukkan kepalaku. "Nah mbak fitri hari ini saya akan membantu mbak fitri untuk melakukan observaasi, jadi.............. blabla....... bla.... bla.....", "Ehm maaf pak, boleh saya sms bentar, kakak saya menunggu diluar", "silahkan."
Akhirnya tenang pikiranku sudha melihat kakakku pulang dengan memberi pesan kalau pulang suruh nelpon biar ada yang jemput. "Mbak fitri sudah siap melakukan observasi hari ini?" tanya sang konsultan lagi, aku hanya mengangguk pasrah. Aku juga penasaran apa sih observasi itu, dan perusahaan ini perusahaan apa. Aku ingin tahu lebih jauh.....
bersambung