Aku Kecewa Dengan Dia

Aku selalu bisa memahamimu, tapi kamu tak pernah bisa memahami kekecewaanku.

Mau mencurahkan isi hati yang sedang kecewa, mau membagi semua perasaan kecewaku. Terkadang, aku masih bingung dengan arti kecewa itu sendiri, yaa... jangankan arti kecewa, arti hidup saja aku masih membingungkannya.



Kecewa, perasaan yang tercurangi karena orang yang kita percayai ternyata tidak mengindahkan kata-kata percaya itu. Aku merasa tercurangi, benar. Aku merasa tercurangi oleh seorang teman, teman yang bisa kuanggap kupercaya, teman yang bisa kuanggap sebagai orang yang mungkin bisa membuatku untuk mulai terbuka, teman yang selalu menganggapku sebagai SEHATI.

Sungguh teramat sakit kekecewaaan ini, bukan bermaksud untuk hiperbola. Jika kalian pernah merasa dicurangi oleh teman kalian yang sudah dianggap sebagai satu-satunya teman yang mengerti kalian, pasti kalian bisa merasakan kekecewaan yang saat ini tengah kurasakan. Selama ini aku tak pernah punya banyak teman yang akrab denganku, cuma 1 di SMA, cuma 1 di tempat kuliah, selebihnya tak kukenal. Dan aku mengenalnya, rasa senasib karena sama-sama melamar kerja lewat iklan dikoran dan tak ada referensi kenalan di tempat itu membuat aku semakin akrab dengannya. Semua pemikiran dan pendapat yang sama membuat hubungan pertemanan kami semakin erat.

Divisi yang berbeda membuat kita saling bercerita apapun yang terjadi, keakraban kita membuat makin seringnya jadwal untuk nongkrong selain di tempat kerja. Hingga kemudian, dia ditempatkan di divisi yang sama denganku. Hingga kemudian, aku mengenal semua watak yang dia punya. Hingga kemudian dia tak pernah sekalipun mengerti aku. Hingga kemudian, ketika aku berhalangan untuk masuk kerja karena mengurus segala tetek bengek percutianku dikampus, aku mengetahui bahwa dia tak mau menggantikan posisiku yang seharusnya dia lakukan. Aku kecewa dengan dia. Rasa kecewa ini mencuat, rasa kecewa ini terus-terusan menggerogoti kepercayaanku padanya, rasa kecewa ini membuatku mulai menata lagi tembok-tembok duniaku.

Disisi lain, aku beruntung karena tak sepenuhnya terbuka padanya. Ach, ternyata teman yang baik pun yang bisa mengatakan SEHATI bisa juga membuat kecewa dihati.