Tapi, tidak untukku. Aku tidak menyukai hujan, i don't like the rain. Dalam situasi apapun, aku tetap tidak menyukai hujan. Tetes-tetes airnya mengingatkanku pada tetesan airmata yang jatuh. Mendungnya membuatku mengingat perasaan sedih yang tengah berkecamuk di dada. Aku memang suka melihat pelangi yang muncul tapi aku tidak suka adanya hujan. Hujan, hawa yang dingin, serasa gak bersahabat denganku. Setiap musim penghujan datang, saat itu juga alergiku datang, hawa dingin akan selalu mengundang penyakit flu-ku untuk datang menghampiriku.
Aku juga tidak suka dengan hawa dingin di musim penghujan, karena ketika hawa itu merabaku, aku pasti akan merasa kesepian. Aku tidak suka dengan perasaan itu, sama ketika kau menghampiri kehidupanku ketika hujan bergelayut di malam itu. Aku tidak suka dengan perasaan yang kurasakan setelahnya.
Diluar jendela aku melihat hujan deras mengiringi malamku, seperti malam itu ketika kau mengulurkan senyum tipismu pada diriku yang tengah kedinginan di emperan ruko. Hawa dingin, aku merasakannya lagi malam ini seperti saat itu, ketika kau menggenggam tanganku menjauh dari derasnya hujan dan berteduh diteras rumah orang. Hawa dingin ini terus menusukku, mungkin lebih tepatnya menyemangati diriku agar aku cepat-cepat memutuskan semua ini. Apa aku harus bertemu denganmu atau tidak.
Aku tidak suka dengan situasi ini, dimana hujan semakin deras dan hawa dingin semakin meraja. Aku sudah mengatakannya padamu, aku tidak suka dengan hujan. Tapi kau malah mengajakku pergi ke taman disaat hujan pertama datang mengguyur bumi. Hujan mungkin adalah takdir kita bertemu, itu katamu. Karena itu kau menyukai hujan, karena hujan bisa membawa suasana romantis. Tapi aku tetap tidak menyukai hujan. Kau malah menertawakanku ketika kukatakan bahwa hujan malah membuatku tidak jadi menangis, karena ketika airmata ini keluar dan tercampur dengan air hujan, aku tidak bisa merasakan airmata itu sehingga membuatku tidak jadi menangis. Kau tersenyum, dan malam ini aku sadar bahwa senyummu itu membuatku terluka.
Diluar jendela semakin gemuruh, hujan dan petir semakin bersatu, seperti supporter yang terus menyemangatiku agar aku cepat menyelesaikan malam ini. Aku tak tahu apakah setelah malam ini selesai, aku bisa bertemu denganmu lagi. Yang jelas, aku sudah tidak ingin lagi melihat hujan ini yang seakan-akan mengejek kalau aku tidak akan mampu melakukannya.
Aku melihat senyum itu lagi, senyum tipis yang tersungging di jasad seorang pria yang memakai jas pernikahan lengkap, senyum tipis yang membuatku semakin terluka. Aku sudah mengatakannya bukan, jangan mengambil keputusan untuk menikah di Musim Penghujan, tapi kau tetap keras kepala agar pernikahan dilaksanakan di Bulan November. Aku memang tidak bisa mengalahkan keras kepalamu itu yang seperti batu, dan kini keras kepalamu itu telah membuatku semakin terluka. Aku masih tidak bisa membayangkan bagaimana bisa mobilmu jatuh ke jurang yang padahal kau sudah sering melewatinya, bahkan setiap liburan kau pasti mengunjungi rumahku, tapi bagaimana bisa mobilmu jatuh ke jurang itu.
November rain, dan tepat di November tahun ini sudah setahun aku mengutuki adanya hujan. Seenggaknya malam ini adalah terakhirnya aku melihat hujan, hawa dingin ini semakin bersatu dengan tubuhku. Ternyata memang lebih baik memutus nadi daripada menusuk perut. Aku tak peduli apa setelah ini aku bisa bertemu dengannya, yang jelas aku tidak akan bertemu lagi dengan hujan dan tidak akan lagi merasa kesedihan. Aku masih bisa merasakan hangatnya darahku yang bercampur dengan lembabnya hawa di kamar ini sebelum akhirnya semua menghilang, hawa dingin sudah tak terasakan, hujan sudah tak terdengar, semuanya kabur, menghilang dan akhirnya MATI.
NB : karena gak ada kerjaan, aku membaca-baca cerita-cerita di blognya enchi dan akhirnya tanganku mulai mengetik dan jadilah cerita ini. Ini masih dalam tahap pembelajaran, kuharap enchi mengomentarinya (harus!!! karena dirimu sudah ku backlink lagi.)
Owwww,,, melankolis sekali, hehehehe....
ReplyDeletetar baca dulu, ribut sekali si pake bawa gergaji segalaa
ReplyDeleteyeee... uhuyyyy uhuyyy muridkuuuuuu pinterrrr... uhuyyy uhuyyy uhuyyyyy :g:
ReplyDeletemamakkk pinterrr
hmm kali ini serius. ukay... aku suka, teknikmu keren, terutama di bagian menyembunyikan konflik utamanya dengan cara mampir sana mampir sini (jangan kelewatan) hingga akhirnya sampai tujuannya.dan ujung konflik nusuk di belakang.sama sekali ga mikir kalau ujung2nya mayat wkwkwkwk....
ReplyDelete*udah ga teenlit lagi tulisanmu*
@ayas : hahahaha ini benar2 cerita bukan curhatan..... :h:
ReplyDelete@enchi : :d: jelek-buruknya komentarin loh..... :g:
sampai akhir,permasalahan jelas dan gampang dimengerti,cuman ngasah kalimat-kalimat biar kedengeran lebih dramatis saja sih menurutku. chayoo mak,semangattttttt :k:
ReplyDelete*pengen merewrite ceritamu ini,cuman inget sama komedinya yg sama sekali belum tersentuh wkwkwkwk*
baru aku sadar,dirimu lemah di dialog.karena dialog kadang malah menunjukan kepribadian penulisnya bukan karakter tokohnya, begitu juga aku sih. susah menjiwai sebuah karakter hingga kita bisa tahu bagaimana dialog ut karakter yg bersangkutan. ut melatih, sesekali bikin cerita panjang menurutku cocok, kr yg sangat susah itu adalah karakter, menurutku lohh...
ReplyDeleteenak ya dikasi backlink tiap hari, ehem ehem ehemmm
ReplyDelete:l: dudz sama mamak ngomong apaan sih???
ReplyDelete:m: bagus ceritanya mak :m:
ReplyDeleteSaya juga nggak suka hujan. Gara-gara hujan, jemuran jadi nggak cepat kering. Tadi siang hujan dan akibatnya rumah saya mati lampu. Waduh!
ReplyDeletewah berhasil nih MC mengubah pencinta teenlit menjadi penggemar psikopat dan kematian hebat euy
ReplyDeletetapi ceritanya bagus loh ddan mengenai yang lain kan moccha udah kasih komentar nggak berani komentar lagi tuh
ReplyDeleteSUITTTT..SUITTTTTT
ReplyDeleteMBAK VITRI MAIN KE TEMPATKU YAK..
ADA HADIAH BUAT MBAK VITRI
DI AMBIL YAK
:)
SUITTTT..SUITTTTTT
ReplyDeleteMBAK VITRI MAIN KE TEMPATKU YAK..
ADA HADIAH BUAT MBAK VITRI
DI AMBIL YAK
:)
Kapan ya bisa nulis kayak Neng fitry saya jadi selalu kangen buat main kesini.. bisa ajarin saya neng buat nulis?
ReplyDeleteAku nggak bisa komentar deh..
ReplyDeletejagonya udah komentar duluan...
saya juga nggak suka hujan ne...
ReplyDeletekecuali kalau saya udah dirumah, mo hujan lebat silahkan...
hihihi...
ReplyDeletewajar lah kalau pas musim hujan kena flu,,
diluar musim hujan saja masih banyak yg FLU...
hehe
saya malah menikmati sekali hujan di bulan november ini, dingin sekali,, hueehehehe
enyak-enyak-enyak...
why?? ain't it November Rain??
ReplyDeleteso you wanna "Blame it On The Rain"
ReplyDelete*lagu jadulnya Milli Vanilli*
HAH!!! ini "muridnya" nci...........qiqiqiqiqi.........jangan ikut nulis cerita psikopat tentang pembunuhan dan kematian kayak nchi ya......syeremmmmm!!!
ReplyDelete*jangan bilang-nilang ma chi*
Jadi ingat lagunya guns n' roses November Rain.
ReplyDeletekarena aku suka banget lagu itu, dan lagu itu sangat melegenda karena setiap tahun ada.
ini memang sudah hampir setengah november,tapi di tempatku hujannya baru dikit banget,
Cara Membuat Blog
Ceritanya bagus vie...mengena di hati yg membacanya dan ikut larut dialurnya....pokoknya mantappp...
ReplyDeletemantap ya ceritanya................
ReplyDeleteMasalah penilaian kurang ngerti, jd bagian ngebacanya aja.. :)
ReplyDeleteyahhhh, mellow dahhh....
ReplyDeleteaku ga suka ujan di bulan november, sukanya di bulan desemberr :p
jangan bilang tdak suka pada hujan...
ReplyDeletekarena itu bertolak belakang dengan apa yang sedang aku pikirkan...
hujan memang bikin basah, tapi dibalik derasnya butiran yang menghujam, ada sejuk yang mencuat...
***ah opo kui!
kereen ceritanya. hehhee. terpengaruh sama nchi nih
ReplyDeleteuntaian kata-kata yang 'indah' banget.
ReplyDeleteBtw, saya malah paling suka hujan. Sejuknya membasahi hati dan derunya membawaku ke alam mimpi
suasan hujan atau gerimis mengundang perasaan sepi dan sendiri.
ReplyDeletesepi dan sendiri...aku benci!!
menghaturkan teirmakasih atas komentarnya yang bermutu di cerpen terbaru saya, saya sangat menghargainya, apalagi komentar itu berupa kritik yang sangat membangun dan membantu, jadi dengan demikian saya bisa lebih merevisi dan tahu diri untuk jangan selalu coba-coba... lah kok jaid gitu ya komentnya kwkkwkwwk
ReplyDeletebut, intinya depan2nya tadi bener. thanks makk ^ ^
have a nice weekend sis :)
ReplyDeleteUdah bagus loooo...!
ReplyDeleteCuman, kalau memang genre nya agak thriller,, musti pemilihan katanya di cari yang bagus Vie. Udah follow Graha Sastra nya Mbak Fanny? Di sana banyak tips-tips bagus..
Contohnya..
"Diluar jendela semakin gemuruh, hujan dan petir semakin bersatu, seperti supporter yang terus menyemangatiku ..."
"Seenggaknya malam ini adalah terakhirnya aku melihat hujan..."
Hihihihi, maaf - serasa sok tahu mengomentari..
Oh iya, tanpa Vie sadarin.. pemakaian "Kau" juga berubah jadi "nya"
Menurut gek sih, justru bagus, karena bervariasi.. (nanti saya tanya pakarnya dulu yaaa...!!! hehehehehe!)
Sori dori mori, udah komen telat, panjang pula!
Selamat nulis,, semangat yukss..
xo