Zero to Hero

Dimana-mana yang namanya nol, zero, kosong atau apapun lah namanya itu berarti tanpa isi dan sangat tidak berguna. Seperti kaleng yang gak ada isinya pasti akan langsung dibuang, kecuali diriku yang suka sekali mengumpulkan kaleng kosong dengan alasan kasian kalau dibuang. Aku gak mau menjadi perwakilan dari pepatah "Habis manis, sepah dibuang." Tapi bukan urusan kaleng ataupun pepatah itu yang akan aku bahas disini. Tapi urusan dengan nol, zero, kosong, dan terserah lah apa ada istilah laennya.

Sekarang aku merasa seperti kosong, hampa, tak berisi. Tapi jangan dikira tubuhku gak ada isi darahnya loh, kalau gak ada mah bisa-bisa aku mayat hidup. Aku masih seperti dulu, vie_three yang suka sekali bercanda, vie_three yang lucu, vie_three yang imut a.k.a pendek. Tapi aku merasa ada yang berubah dalam diri ini, kosong, hampa, tanpa isi. Ya diriku seperti hampa, dan berada di titik nol.

Semua itu berawal dari perasaan yang dulu mencuat kembali, di senja hari pemikiran yang dulu pernah kukunci rapat-rapat bahkan ada passwordnya itu telah mencuat kembali. Itu disebabkan oleh berita dari salah seorang teman. "La, masih ingat sama 'pocong' (sebutan teman-teman SMKku pada seseorang)" Aku hanya tersenyum saja tapi jujur jantungku berhenti berdetak. Oke aku mencoba untuk bertahan dan tidak mengingatnya lagi, tapi ingatan-ingatan saat aku selalu melihatnya dari jauh terulang kembali. Hufzzz..... aku harus bertahan dan mencoba untuk menerima kenyataan karena saat ini aku sedang bersamanya.

Saat itu aku masih bisa bertahan, mencoba chatting-chattingan juga sama kumpulan orang-orang dududz. Tapi ternyata penyebab lainnya datang juga. Selama ini (mulai dari sekolah SMK) aku selalu memberikan les privat dan les tambahan di rumah bagi anak-anak sekolah Dasar sampai SMP. Dan tahun ini adalah tahun perpisahanku dengan profesiku ini yang biasanya kulakukan setelah pulang kerja. Kini aku harus berpisah dengan anak-anak les yang selama ini secara bergantian selalu menghiburku dan tidak sekalipun menyuruhku untuk bengong. Aku harus memilih diantara dua pilihan dan akhirnya aku memilih untuk memutuskan kontrak kerjaku sebagai guru les, sedih rasanya. Tapi itulah pilihan yang harus dihadapi, dan kini setelah pulang kerja aku hanya bisa bengong dan tanpa kuharapkan aku selalu teringat akan dia. Dia yang dulu selalu kuamati, dia yang selalu kuidam-idamkan, dia yang hanya ada di hatiku tanpa pernah dia tahu bahwa aku ini ada.

Terkadang aku muak dengan diri ini, kenapa harus berpikir yang dulu-dulu dan tidak bisa maju untuk berpikir yang lainnya. Apa mungkin itu dikarenakan aku jatuh, jatuh yang membuatku kaget dan gak bisa menangis sehingga aku hanya bisa bengong dan dalam kebengongan itu semua ingatanku tentangnya keluar lagi. Aku harus bisa bangkit, dan berpikir ke depan bahwa semua itu hanyalah masa lalu. Dia bukan untukku, dia gak cocok untukku, semua tentangnya harus bisa terkunci rapat-rapat. Dia harus enyah dalam pemikiranku.

Kata pepatah, "bersakit-sakit dahulu baru bersenang-senang kemudian." Jujur didalam lubuk hatiku daridulu sampai sekarang ini aku masih belum bisa mengambil maknanya. Tapi mungkin memang benar, kita harus terseok-seok dahulu baru kemudian akan mendapatkan kebahagiaan. Jadi teringat akan perkatan Suzuki Rin dalam komik Complex, "Untuk merasakan secuil kebahagiaan kita harus merasakan 1000 kesedihan dahulu, walaupun menyakitkan tapi kebahagiaan yang datang akan seperti angin gunung yang menerpa wajah ini."

Bahkan naruto yang dianggap ninja gagal saja bisa menjadi seseorang yang kuat dan kini mencoba untuk menolong temannya Sasuke dan melawan Orochimaru, dengan tekadnya yang konsisten untuk bisa menjadi hokage, kini naruto tidak dipandang sebelah mata. Sinichi Kudo yang sudah mengecil karena suatu obat yang diberikan komplotan penjahat saja bisa bersemangat dan yakin akan kembali seperti semula walaupun banyak rintangan menghadang. Ya aku harus kuat dan yakin bahwa aku bisa melewati ini semua, walaupun rintangan banyak menghadang dan walaupun saat ini banyak pandangan mata yang meremehkan, aku harus bisa yakin bahwa suatu saat nanti aku bisa diakui dan tidak diremehkan dan suatu saat nanti aku pasti bisa berkata pada dunia bahwa aku bisa melampaui semua ini. Walau mungkin semua itu ada pengorbanan, aku harus bisa bahkan jika memang yang dikorbankan itu adalah perasaanku.

Mencapai titik nol ataupun zero terkadang bikin orang jadi tak bersemangat dan merasa putus asa, tapi aku harus bisa melewati ini semua. Untuk saat ini aku memang masih belum ada semangat dan untuk sobat blogger yang mungkin sudah memasang linkku tapi belum aku pasang disini tolong pemberitahuannya. Bahkan karena penurunan yang anjlok ini aku harus pending semua ide yang sudah berkecamuk dalam otakku. Maaf ya teman-teman kalau tulisan ini gaje alias gak jelas sama sekali.

PS: Tulisan ini hanya untuk mengosongkan apapun yang mengganjal dalam diri ini dan judul diatas seperti nama band di Surabaya, Zero to Hero. Aku berharap mulai detik ini yang dimulai dari zero lagi aku bisa menggapai hero (pahlawan). Beberapa hari yang lalu aku dapat kabar bahwa blog ini dapat PR 3 dari google, tapi sampai saat ini aku bingung manfaatnya apa??? Ada yang tahu???