9 Dec 2015

Menjemput Bahagia

0

Datanglah padaku dan kita akan berbahagia bersama.

Gerimis jatuh perlahan, mengenai kulit tangannya yang erat mencengkeram kemudi motor. Lampu lalu lintas masih betah menampilkan warna merah. Ia menoleh ke sebelah kiri demi mengusir rasa bosan menunggu, dilihatnya dua orang wanita yang berboncengan, yang depan berambut panjang sedang tertawa renyah. Bahagia. Sedangkan yang belakang memakai kerudung hanya tersenyum malu-malu dengan semburat merah di pipi. Bahagia. Ia tersenyum, tertular.

Ia lalu mengalihkan pandangan ke depannya, seorang wanita dan pria yang sedang berboncengan. Pria itu menganggukkan kepala mendengar wanitanya sedang berbicara, mungkin sang wanita sedang membicarakan tentang rencana pernikahan yang membahagiakan. Mereka seakan-akan tidak peduli dengan gerimis, lingkaran tangan sang wanita di pinggang pria itu mungkin adalah sumber kehangatan mereka. Bibir wanita tersebut tertarik, tersenyum. Bahagia.

Ia kembali menatap ke depan. Matanya bergerak melihat lalu-lalang kendaraan. Namun pandangannya terpaku pada seorang wanita di jalan depan, persis di bawah tiang lampu lalu lintas. Dia membiarkan dirinya basah oleh gerimis, payung yang dibawa dibiarkan tertutup. Wanita itu merentangkan tangannya lebar-lebar, tak dipedulikannya tatapan aneh para pemakai jalan. Seperti tersihir, ia terus menatapi wanita itu. Bahagia yang dirasakan wanita itu berbeda dengan bahagia-bahagia yang ia intip dari orang lain. Ia seakan tak kuasa merasakan bahagia yang diciptakan wanita yang kini tengah tertawa lepas menikmati gerimis yang berlomba-lomba mengenai tubuh si wanita. Setetes air mengalir di pipinya, ia tak tahu apakah itu air gerimis atau air dari matanya. Kini yang ia tahu, inilah bahagianya. Wanita itu sumber bahagianya.

Ia sudah bersiap akan menjemput bahagianya. Ketika lampu lalu lintas menampilkan warna hijau, sekilat ia menarik gas motornya, melaju lurus ke depan. Berhenti di depan wanita yang masih merentangkan tangannya menikmati gerimis yang semakin deras.

"Mengajakku?"
"Tentu saja."

Lalu sang wanita meloncat ke sadel motornya sambil tertawa bahagia. Ia bahkan ikut tertawa juga. Sangat Bahagia.


Surabaya
07/12/2015-11:19
"terinspirasi di bawah lampu lalu lintas saat gerimis"

Related Posts:

  • Hanya Satu Kamu, satu-satunya alasan untukku tetap bertahan sembari menyeruput secangkir kopi. Aku masih setia mendengarmu bercerita, terkadang diselipi tawa… Read More
  • Tiga Menit Kita sudah terbiasa berjalan dalam hening, namun aku tahu hati kita saling berdialog. Perjalanan dari pintu kelas ke pintu gerbang bisa ditempuh d… Read More
  • Secarik Kertas Suatu hari, kau akan membaca sebuah kejutan dari secarik kertas dengan tulisan 'aku menyukaimu' Kembali Ken memperhatikan kegemaran Za yang suka m… Read More
  • Nona Kesepian #3 Kopi itu untukmu, bukan kopi pahit. Manisnya berasal dari kerinduan yang menumpuk. Hai Tuan Besar yang suka tertawa. Sudahkah kamu bercerita perih… Read More
  • Nona Kesepian #2 Tetaplah berdiri didepanku, membelakangi dan jangan menoleh. Hei kamu yang ada disana. Iya, kamu yang lagi berdiri dengan pongahnya, si Tuan Bes… Read More

0 orang yang sudi mengomentari:

Post a Comment

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com