Akulah Sang Nona Kesepian |
Akulah Nona Kesepian itu, yang lebih memilih untuk memeluk rindu kepada Tuan Besar yang entah ada dimana. Meski mereka menjulukiku sebagai Nona Kesepian, tapi duniaku berbanding terbalik. Mereka mungkin tak mendengarnya, tapi ada suara yang dengan lantangnya berteriak memekakkan telingaku, menyebut nama Tuan Besar. Mereka mungkin tak melihatnya, tapi ada rombongan orkestra yang selalu menyanyikan musik klasik yang indah seiring detak jantungku yang berirama.
Akulah Si Nona Kesepian yang masih menunggu kepulangan Tuan Besar, yang terus bermain-main dengan prasangka-prasangka, yang terus bercerita tentang harapan-harapan kepada Yang Maha Kuasa. Memang benar, akulah Nona Kesepian, yang kini bahkan mulai bertanya-tanya di dalam sepi. Benarkah yang aku lakukan Tuan, terus melukis rindu di kanvas hati? Benarkah semua perasaan ini Tuan, terus menunggumu pulang meski kau tak ingin pulang?
Bicaralah Tuan, katakah salah jika aku salah, jangan hanya terdiam bak patung kayu. Bahkan sebuah patung pernah hidup hanya untuk membahagiakan pemahatnya, itulah si pinokio. Bicaralah Tuan, meski kau tak sanggup bicara. Akulah yang akan tetap menjadi Nona Kesepian, yang tetap membiarkan waktu berlari tanpa pernah menitipkan rindu untuk hati, apalah gunanya? Toh aku tetap akan menjadi Si Nona Kesepian.
Surabaya
03/10/2015-21:11
Note di Ponsel Pintar
0 orang yang sudi mengomentari:
Post a Comment