Sehari setelah hari raya, aku mulai dihubungi teman-teman, tentang rencana perjalanan yang telah ditetapkan. Kita melakukan converence call malam harinya. Aku bersama saudara sepupu, temanku bersama temannya, temanku satunya lagi bersama temannya pula, dan yang satunya entahlah.
Kita berangkat sore hari, aku menunggu temanku yang rumahnya di Sidoarjo. Dia sedang menjemput temannya seorang wanita. Yihaa, berarti aku tidak wanita sendiri dalam perjalanan ini. Setelah bertemu, kita berangkat. Berjanjian terlebih dahulu dengan temanku yang rumahnya berada di Mojokerto untuk bertemu di salah satu tempat dalam perjalanan. Sialnya, kita malah bertemu di Lawang karena memang aku ataupun temanku tidak tahu letak tempat yang dijadikan tempat berjanji untuk bertemu itu.
Sesampai di Lawang, kita makan dulu. Nasi penyetan ayam, bebek, tahu, tempe. Sudah deh, lebih baik lain kali jangan makan di tempat itu lagi, mahal. Perjalanan dilanjutkan, lampu jalan mulai menyala, malam mulai bergerak. Iring-iringan tiga motor terus melaju, bersamaan ke satu tuju. Pantai Balekambang.
Tepat antara pukul 20.00 atau 21.00, aku lupa. Kita sampai di Pom Bensin terakhir sebelum ke Pantai Balekambang. Berhenti disitu, menunggu salah satu teman yang berangkat setelah maghrib. Sembari makan lagi, karena teman yang satunya memang tidak ikut makan sebelumnya, sampai disini dia lapar. Akhirnya kita menemani makan. Entah lupa pukul berapa, teman yang kita tunggu akhirnya datang, tentu saja nyasar-nyasar dulu, karena memang dia tidak bisa membaca GPS. Ya sudahlah, asalkan dia bisa sampai di tempat ini dengan selamat, hanya saja dia datang sendiri. Karena sudah malam hari, dan jujur saja aku sedikit takut untuk melanjutkan perjalanan karena memang melewati hutan jati yang kata temanku gelap dan sepi, oh tidak... itu menakutkan. Akhirnya kita bermalam di Pom Bensin itu, menunggu subuh datang untuk kemudian melanjutkan perjalanan.
Skip
Sial sekali saat perjalanan subuh itu, hujan turun membuat kita memilih berteduh di sebuah warung dengan nama "Kopi Lintas Mbah Mul". Pagi yang dingin, rintik hujan, aroma kopi, aroma hutan, menjadi satu kesatuan di tempat itu. Tepat saat hujan mulai menghentikan rintiknya, kami menarik gas kembali, mengarahkan motor ke tempat tujuan kami. Pantai Balekambang.
Kopi Lintas Mbah Mul |
*
Sungguh sial jika kamu hanya merindukan sesosok individu yang ia bahkan tidak sekalipun menyebut namamu. Hamparan pantai, garis batas laut, awan, udara dingin, hembusan angin, anak-anak kecil yang berlarian, pasir putih yang lembut, tidakkah kamu merindukannya? Ia yang bahkan tidak sekalipun ingin dirindukan, ia dengan segala keindahannya, menatapnya saja membuatku takjub, bahkan aku sudah merindukannya sebelum kakiku melangkah pulang.
Setelah puas mengeksplore, dan memotret sana-sini, meski ada insiden gerimis yang datang. Kita tetap bersemangat untuk kemudian menceburkan diri di air yang dingin itu. Tertawa. Basah. Puas. Bahagia.
Sayangnya, setelah dari Pantai Balekambang kita ke Pantai Ngliyep, cuma waktunya sudah kesiangan dan kita tidak sempat mengeksplore Pantai Ngliyep karena kita sudah terlalu capek. Akhirnya setelah makan, kita tidur mengisi tenaga untuk pulang.
Pantai Ngliyep |
SELESAI
Keindahan dan kebahagiaan itu masih terekam jelas dalam ingatanku, teman. |
0 orang yang sudi mengomentari:
Post a Comment