7 Dec 2015

Merindukan Senja

0

Ia menarik napas panjang, matanya menerawang jauh. Di depannya terhampar lautan yang sangat luas, tampak garis lurus batas antara laut dengan langit. Namun matanya menatap kosong, ada sebuah kenangan yang terputar di otaknya seperti sebuah film dokumenter. Ia berdiri bergeming di garis pantai, tak ia pedulikan deburan ombak yang menggelitik kakinya seakan berusaha untuk menggoda agar mau bermain dengan ombak. Padahal ia selalu tertawa riang setiap datang ke pantai, bermain dengan pasir, berkejaran dengan ombak. Namun senja kali ini ia hanya diam.

Ia menarik napas panjang-panjang, matanya tetap menerawang jauh. Otaknya tetap memutar kenangan seperti film dokumenter. Jantungnya berdetak lebih cepat. Cepat-cepat ia menarik napas panjang, membuat bahunya naik mengikuti tarikan napasnya. Bibirnya terbuka sedetik lalu mengatup kembali. Ingin sekali ia meneriakkan nama itu, bahkan hatinya sudah berteriak sedari tadi, namun bibirnya tetap kelu.

Ia menarik napas panjang lebih teratur, namun matanya tetap menerawang ke arah batas laut. Otaknya tidak lagi memutar kenangan, namun berganti slide-slide yang berisi pertanyaan-pertanyaan tak terjawab. Jantungnya semakin berpacu cepat. Hatinya masih berteriak kencang. Bibirnya masih terkunci rapat. Tak sedetik pun ia beranjak dari tempat itu meski senja telah bergeser sedikit dari tempatnya. Semburat jingga mulai menghiasi langit di atasnya. Ia menghentikan napas sejenak demi melihat langit yang indah, seketika semua aktivitas dalam tubuhnya berhenti sesaat. Senja selalu bisa mengalahkan kerinduannya untuk seseorang yang beberapa detik lalu namanya ia teriakkan di dalam hati.

Ia mulai menarik napas panjang lagi. Namun matanya mulai menatap laut yang warnanya mulai berubah hitam karena gelap. Otaknya telah selesai menampilkan slide-slide pertanyaan. Jantungnya mulai berdegup normal. Hatinya kembali menyebut nama seseorang namun tanpa teriakan. Bibirnya masih terkunci rapat, namun ujung-ujungnya mulai menarik ke samping membentuk sebuah lengkungan simetris, tersenyum. Senja telah menghilang, dan ia harus pulang. Mungkin esok ia akan datang kesini lagi, mungkin esok ia bisa berhasil meneriakkan nama seseorang itu dengan bibirnya. Sekarang ia harus pulang, mungkin ia akan bertemu seseorang itu dalam perjalanannya menuju rumah. Ia mulai berbalik, memunggunggi deburan ombak, melangkah, meninggalkan pantai, meninggalkan garis batas laut, meninggalkan hembusan napas panjang, meninggalkan kenangan, meninggalkan kerinduan yang tak sempat ia ungkapkan.

Aku akan selalu merindukanmu


Surabaya
06/12/2015-00:55
"terinspirasi saat ke Pantai Siring Kemuning Madura"

Related Posts:

  • Desember Berlalu Desember berlalu, dan aku masih menunggu. Aku mohon, menetaplah disini. Desember. Hujan. Aku mohon jangan pergi. Tetaplah bersamaku, atau bawa aku… Read More
  • Tiga Menit Kita sudah terbiasa berjalan dalam hening, namun aku tahu hati kita saling berdialog. Perjalanan dari pintu kelas ke pintu gerbang bisa ditempuh d… Read More
  • Nona Kesepian #2 Tetaplah berdiri didepanku, membelakangi dan jangan menoleh. Hei kamu yang ada disana. Iya, kamu yang lagi berdiri dengan pongahnya, si Tuan Bes… Read More
  • Secarik Kertas Suatu hari, kau akan membaca sebuah kejutan dari secarik kertas dengan tulisan 'aku menyukaimu' Kembali Ken memperhatikan kegemaran Za yang suka m… Read More
  • Nona Kesepian #3 Kopi itu untukmu, bukan kopi pahit. Manisnya berasal dari kerinduan yang menumpuk. Hai Tuan Besar yang suka tertawa. Sudahkah kamu bercerita perih… Read More

0 orang yang sudi mengomentari:

Post a Comment

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com