14 Dec 2015

Mundurlah Waktu

1

Jika boleh memundurkan waktu, aku ingin saat ini berada saat dimana aku melihat sinar matamu untuk pertama kalinya.

Di penghujung hari itu, dia masih tekun berkutat dengan pekerjaannya, tak ia pedulikan detik jarum jam yang terus bergerak. Keindahan lampu kota mulai menghiasi malam, bayangan mulai meraja di area yang tak terkena sinar. Malam mulai merangkak naik, namun ia masih berkutat dengan segala pekerjaan yang harus ia selesaikan saat ini juga. Ultimatum dari Sang Penguasa telah ia terima, maka pekerjaan ini harus selesai, tak peduli dengan keinginannya untuk bertemu dengan Sang Penghuni Hati.

Malam semakin menua, lampu kota mulai dipadamkan, dan ia baru saja mengangkat kepalanya dari layar laptop. Jaru jam seakan mengejek kepadanya, malam ini ia tak akan bertemu dengan Sang Penghuni Hati dalam mimpi. Ia mendesah berat dan panjang, rasa rindu mulai menelusup ke dalam aliran darahnya. Ia ingin waktu membeku sebentar, memberikan kesempatan untuknya menyapa Penghuni Hatinya, karena hanya itu cara satu-satunya ia berkomunikasi dari hati ke hati.

Ia mulai memohon pada waktu agar mundur beberapa jam saja, sehingga ia bisa melihat senyuman dari Penghuni Hatinya, meski hanya dalam mimpi. Namun waktu tetap saja kokoh tak bergeming, detiknya terus berjalan dengan congkaknya, meninggalkan ia dengan tatapan kosong. Tak diberikan kesempatan untuknya mencairkan rindu yang mulai membeku di dalam hati. Malam ini ia lagi-lagi harus memeluk diri sendiri.

***

Surabaya
20/10/2015-23:59
"terinspirasi saat lelah begadang mengerjakan revisi"

1 comment:

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com