Sebenarnya udah daritadi mau nulis postingan tapi kok ya waktuku terlalu sempit buat nulis postingan, daritadi sibuk ini-itu sambil sesekali nyicil blogwalking.... Baru dech setelah adzan dhuhur aku baru bisa nyantai dan melanjutkan menulis postingan ini walau sambil makan.
Kemaren pergi ke WTC di Kota tercinta untuk servis HP yang rusak LCD-nya, dan untung ajah langsung jadi dan gak pakai lama. Tapi karena emang niat awal servis sambil nonton film KING di bioskop akhirnya saat HP diservis, aku dan kakak langsung pergi ke Mall disebelahnya dan langsung menuju ke tempat bioskopnya. Disana liat-liat dan langsung memilih KING yang ditayangkan di Studio 3, widiiihhhh di belakang tuch studionya. Rencana sech mau nonton jam 12 tapi ternyata karena ada saudara yang liburan di surabaya dan menginap dirumahku akhirnya kita baru bisa berangkat pukul 1.00 siang, dan nonton pukul 2.00 siang. Alamat menunggu 1 jam dech di lobi, camilan yang seharusnya diperuntukkan untuk menonton akhirnya kandas sudah masuk ke perutku saat acara penungguan itu.
Jam 2.oo teng-teng pintu sudio dibuka, siap-siap masuk dan menonton. Sayang camilannya sudah habis duluan pas kelamaan nunggu tadi, alamat nontonnya cuman diem ajah dech. Awalnya sih kukira film ini menceritakan tentang Liem Swie King dan sejarahnya, tapi ternyata bukan. Film ini menceritakan tentang seorang anak yang bernama Guntur dalam meraih cita-citanya seperti Liem Swie King ini. Ayah Guntur yang dimainkan oleh Mamiek sang pelawak sangat keras dalam mendidik dan melatih Guntur agar bisa menjadi seperti Liem Swie King.
Persahabatan antara Guntur dan Raden pun sangat menarik dan lucu, Raden yang tinggal bersama neneknya ini punya banyak ide tapi gak ada yang bener. Saat-saat terlucu adalah ketika Guntur ikutan Lomba bulutangkis sekelurahan itu, Raden mengatakan bahwa didalam piala itu ada uangnya dengan analisa bahwa Liem Swie King memegang piala dengan senyum lebar dan Liem Swie King pernah difoto didepan mobil yang dianggap Raden mobil itu bisa ia beli dari uang yang ada di piala tersebut. Tapi kenyataannya memang piala tersebut gak ada uangnya, walaupun Guntur memenangkan lomba bulu tangkis itu tapi dia gak merasa bahagia. Bahkan raket yang dia pinjam dari Mas Reno (Aryo Wahab) rusak, senarnya putus. Dengan ide dari Raden yang ngawur mulai dari mengganti senar raket dengan senar gitar, lalu menggantinya dengan talinya balon. Benar-benar lucu dan kocak.
Tapi sungguh mengharukan ketika ternyata Guntur tahu bahwa Bapaknya sangat menyayanginya, bapaknya yang berusaha untuk meminjam raket pada Mas reno dengan jaminan TV satu-satunya di rumahnya. Walaupun keras dan sering menghukum Guntur tapi toh sang Ayah sangat menyayanginya. Saat dia tanpa banyak bicara lansung mengganti ban sepeda Guntur yang bocor karena ulah teman klubnya. Saat Raden dan Michelle berjuang demi Guntur agar bisa daftar di klub Bulutangkis dengan mengamen mengumpulkan uang untuk pendaftaran Guntur, sungguh persahabatan yang murni. Dan saat-saat dimana Guntur berjuang mati-matian di Kudus agar bisa menjadi juara.
Film ini memang benar-benar keren dan sangat pantas untuk ditonton ketika liburan panjang seperti ini. Dijamin gak akan merasa menyesal jika kalian menonton film ini. Banyak hal yang kuketahui ketika aku menonton film ini. Dengan bahasa indonesia dan bahasa jawa yang dipakai di film ini, tapi sungguh membuat orang yang menonton bakalan terpukau. Karena aku gak sepintar teh Linda dalam review film, tapi film ini emang keren dan patut diacungi jempol. Karya Anak Bangsa yang patut diberi pujian. Aku memang gak tahu masalah Bulutangkis, tapi lewat film ini aku jadi semakin mencintai Negara Indonesia.
Menonton film ini gak akan menguras airmata ataupun pikiran untuk merenung, tapi dijamin anda akan merasa puas dan keluar dari Studio Bioskop dengan senyuman. Semangat Guntur dan persahabatan yang murni, serta kasih sayang seorang Bapak pada anaknya membuat diriku semakin bersemangat. Kapan lagi yach ada film seperti ini.
Kemaren pergi ke WTC di Kota tercinta untuk servis HP yang rusak LCD-nya, dan untung ajah langsung jadi dan gak pakai lama. Tapi karena emang niat awal servis sambil nonton film KING di bioskop akhirnya saat HP diservis, aku dan kakak langsung pergi ke Mall disebelahnya dan langsung menuju ke tempat bioskopnya. Disana liat-liat dan langsung memilih KING yang ditayangkan di Studio 3, widiiihhhh di belakang tuch studionya. Rencana sech mau nonton jam 12 tapi ternyata karena ada saudara yang liburan di surabaya dan menginap dirumahku akhirnya kita baru bisa berangkat pukul 1.00 siang, dan nonton pukul 2.00 siang. Alamat menunggu 1 jam dech di lobi, camilan yang seharusnya diperuntukkan untuk menonton akhirnya kandas sudah masuk ke perutku saat acara penungguan itu.
Jam 2.oo teng-teng pintu sudio dibuka, siap-siap masuk dan menonton. Sayang camilannya sudah habis duluan pas kelamaan nunggu tadi, alamat nontonnya cuman diem ajah dech. Awalnya sih kukira film ini menceritakan tentang Liem Swie King dan sejarahnya, tapi ternyata bukan. Film ini menceritakan tentang seorang anak yang bernama Guntur dalam meraih cita-citanya seperti Liem Swie King ini. Ayah Guntur yang dimainkan oleh Mamiek sang pelawak sangat keras dalam mendidik dan melatih Guntur agar bisa menjadi seperti Liem Swie King.
Persahabatan antara Guntur dan Raden pun sangat menarik dan lucu, Raden yang tinggal bersama neneknya ini punya banyak ide tapi gak ada yang bener. Saat-saat terlucu adalah ketika Guntur ikutan Lomba bulutangkis sekelurahan itu, Raden mengatakan bahwa didalam piala itu ada uangnya dengan analisa bahwa Liem Swie King memegang piala dengan senyum lebar dan Liem Swie King pernah difoto didepan mobil yang dianggap Raden mobil itu bisa ia beli dari uang yang ada di piala tersebut. Tapi kenyataannya memang piala tersebut gak ada uangnya, walaupun Guntur memenangkan lomba bulu tangkis itu tapi dia gak merasa bahagia. Bahkan raket yang dia pinjam dari Mas Reno (Aryo Wahab) rusak, senarnya putus. Dengan ide dari Raden yang ngawur mulai dari mengganti senar raket dengan senar gitar, lalu menggantinya dengan talinya balon. Benar-benar lucu dan kocak.
Tapi sungguh mengharukan ketika ternyata Guntur tahu bahwa Bapaknya sangat menyayanginya, bapaknya yang berusaha untuk meminjam raket pada Mas reno dengan jaminan TV satu-satunya di rumahnya. Walaupun keras dan sering menghukum Guntur tapi toh sang Ayah sangat menyayanginya. Saat dia tanpa banyak bicara lansung mengganti ban sepeda Guntur yang bocor karena ulah teman klubnya. Saat Raden dan Michelle berjuang demi Guntur agar bisa daftar di klub Bulutangkis dengan mengamen mengumpulkan uang untuk pendaftaran Guntur, sungguh persahabatan yang murni. Dan saat-saat dimana Guntur berjuang mati-matian di Kudus agar bisa menjadi juara.
Film ini memang benar-benar keren dan sangat pantas untuk ditonton ketika liburan panjang seperti ini. Dijamin gak akan merasa menyesal jika kalian menonton film ini. Banyak hal yang kuketahui ketika aku menonton film ini. Dengan bahasa indonesia dan bahasa jawa yang dipakai di film ini, tapi sungguh membuat orang yang menonton bakalan terpukau. Karena aku gak sepintar teh Linda dalam review film, tapi film ini emang keren dan patut diacungi jempol. Karya Anak Bangsa yang patut diberi pujian. Aku memang gak tahu masalah Bulutangkis, tapi lewat film ini aku jadi semakin mencintai Negara Indonesia.
Menonton film ini gak akan menguras airmata ataupun pikiran untuk merenung, tapi dijamin anda akan merasa puas dan keluar dari Studio Bioskop dengan senyuman. Semangat Guntur dan persahabatan yang murni, serta kasih sayang seorang Bapak pada anaknya membuat diriku semakin bersemangat. Kapan lagi yach ada film seperti ini.